Kewajiban memang senantiasa berimpit dengan hak. Karena itu, jangan sampai selalu bicara hak tapi melupakan kewajiban. Begitu pula sebaliknya--Sudijono.

Reuni Menwa Mahakarta

Reuni Alumni Menwa Mahakarta, se-Jabotabek, Banten dan Jawa Barat, Anjungan Yogyakarta, Taman Mini Indonesia Indah.

Reuni Menwa Mahakarta

Reuni Alumni Menwa Mahakarta, se-Jabotabek, Banten dan Jawa Barat, Anjungan Yogyakarta, Taman Mini Indonesia Indah.

Reuni Menwa Mahakarta

Reuni Alumni Menwa Mahakarta, se-Jabotabek, Banten dan Jawa Barat, Anjungan Yogyakarta, Taman Mini Indonesia Indah.

Reuni Menwa Mahakarta

Reuni Alumni Menwa Mahakarta, se-Jabotabek, Banten dan Jawa Barat, Anjungan Yogyakarta, Taman Mini Indonesia Indah.

Reuni Menwa Mahakarta

Reuni Alumni Menwa Mahakarta, se-Jabotabek, Banten dan Jawa Barat, Anjungan Yogyakarta, Taman Mini Indonesia Indah.

Kursus Kader Pembinaan Mental Nasional

Resimen Mahasiswa satuan 811 "Wira Cakti Yudha" UIN Maliki Malang mengadakan kegiatan Kursus Kader Pembinaan Mental Nasional (Suskabintalnas) bagi Resimen Mahasiswa se-Indonesia, yang akan dilaksanakan pada tanggal 17-22 Oktober 2011 di Dodik Kejuruan Rindam V/Brawijaya.

Kursus Kader Pelaksana Tingkat Nasional (Suskalaknas) TA 2011

Komando Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia kembali akan menyelenggarakan kegiatan Kursus Kader Pelaksana Tingkat Nasional (Suskalaknas) TA 2011.

Kejuaraan Menembak antar Satuan MENWA

Komando Resimen Mahasiswa Batalyon II/Universitas Padjadjaran mengadakan Kejuaraan Menembak antara satuan Menwa se-Indonesia.

Jumat, November 04, 2011

KDS dan GP 1 Resimen Mahasiswa Indonesia Angkatan XXIII

Di dalam usaha meningkatkan kualitas anggota Resimen Mahasiswa guna menyiapkan kader penerus pengurus, perlu diadakan pendidikan yang kurikulumnya memiliki keterkaitan dengan tugas-tugas di setiap Kesatuan Resimen Mahasiswal. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka Satuan Menwa Pasopati Universitas Negeri Yogyakarta, akan menyelenggarakan Kursus Dinas Staf dan Gladi Posko 1 Resimen Mahasiswa Indonesia Angkatan XXIII Tahun 2011. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Latif Uki di 085640704895 atau siti di 085729182905, atau melalui FB (klik KDS & GP 1 Resimen Mahasiswa Indonesia Angkatan XXIII) . Semoga informasi ini bermanfaat.

Bung Karno dan Resimen Mahasiswa

Pada sekitar awal tahun 1960, Bung Karno melakukan kunjungan kerja ke Bandung untuk menyampaikan kuliah umum kepada para Mahasiswa Bandung di halaman depan Kampus ITB Jl. Ganesha.

Setiba di Lapangan Udara Andir (Husein Sastranegara) Presiden/Panglima Tertinggi Soekarno disambut oleh Penguasa Perang Daerah/Panglima Kodam VI Siliwangi Kol. R.A. Kosasih. Setelah menyalami para penyambutnya kemudian Presiden dipersilakan untuk memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan bersenjata dengan sangkur (penghormatan senjata dengan pasang sangkur menurut ketentuan hanya diberikan kepada Sang Saka Merah Putih dan Presiden RI). Dengan didampingi oleh Pangdam Siliwangi, Presiden/Panglima Tertinggi diiringi Korps Musik memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan yang memberikan penghormatan militer. Setelah itu, sebelum memasuki mobil yang akan mengantarnya ke Kampus ITB, Presiden bertanya kepada Panglima: "Kos, itu tadi pasukan dari mana, kok enggak pakai tanda pangkat?". Pak Kosasih menjawab: "Itu tadi adalah pasukan Resimen Mahasiswa yang sedang dipersiapkan untuk membantu "Operasi Pagar Betis" menumpas gerombolan DI/TII Kartosuwirjo".

Kemudian kepada Kol. R.A. Kosasih, Bung Karno berpesan agar dibina dengan baik karena mereka adalah calon-calon pemimpin. Diantara anggota Resimen Mahasiswa tersebut yang di kemudian hari menjadi tokoh nasional adalah Ir. Siswono Yudo Husodo.

Ketika PKI (Partai Komunis Indonesia) gagal membentuk Angkatan V (Buruh dan Tani yang dipersenjatai) karena ditentang oleh TNI (Menpangad Jend. Ahmad Yani), D.N. Aidit mengadu ke Bung Karno sambil mengajukan protes mengapa TNI diijinkan membangun Resimen Mahasiswa, sambil menunjukkan Radiogram Menko Hankam/Kasab No. AB/3046/64 tertanggal 21 April 1964 yang ditujukan kepada semua Panglima Daerah untuk membentuk dan menyeragamkan Resimen Mahasiswa yang ada di setiap Kodam.

Karena yang menandatangani Radiogram tersebut adalah Jend. A.H. Nasution sendiri, maka Pak Nas dipanggil oleh Bung Karno untuk klarifikasi. Kepada Bung Karno, Pak Nas menjelaskan tentang maksud dan tujuan Radiogram tersebut yakni:
  1. Menertibkan dan menyatukan bermacam-macam Resimen Mahasiswa yang timbul sebagai akibat adanya Instruksi Menteri PTIP Nomor 1 Tahun 1962 tanggal 15 Januari tentang Pembentukan Korps Sukarelawan di lingkungan Perguruan Tinggi dalam rangka Trikora Pembebasan Irian Barat.
  2. Sebagai titik awal untuk merintis Program Pendidikan Perwira Cadangan melalui Perguruan Tinggi (ROTC: Reserve Officer Training Corps).
  3. Dalam upaya melestarikan tradisi semangat bela negara dan patriotisme di kalangan intelektual muda seperti yang telah dibuktikan dalam perang kemerdekaan oleh Tentara Pelajar/Corps Mahasiswa.
Sebelum meninggalkan Istana, Pak Nas bertanya kepada Bung Karno, bagaimana kelanjutannya untuk mengikuti petunjuk Beliau. Jawaban Bung Karno amat singkat: "Teruskan!".

Sebagai akibat "instruksi" Presiden maka muncullah Resimen-Resimen Mahasiswa di setiap Kodam. Di Jawa Barat, Menteri PTIP Prof. Toyib Hadiwijaya memberi nama "Resimen Mahawarman". Di Jakarta Pak Nas memberi nama "Resimen Mahajaya". Di Yogyakarta Jenderal Ahmad Yani memberi nama "Resimen Mahakarta" dan seterusnya.

Di akhir tahun 1965, terdesak oleh demonstrasi-demonstrasi mahasiswa yang tergabung dalam KAMI dan terpengaruh oleh siaran Radio Australia yang menyiarkan berita bahwa TNI akan menggerakkan Resimen Mahasiswa, D.N. Aidit kembali mengadu ke Bung Karno di Istana dengan permintaan agar Bung Karno sesegera mungkin membubarkan Resimen Mahasiswa yang "ternyata" adalah tentaranya Nasution yang dibiayai oleh CIA. Ternyata setelah itu Bung Karno tidak membubarkan Resimen Mahasiswa tetapi malah membubarkan KAMI, bahkan HMI pun tidak dibubarkan.

Kisah-kisah tersebut dikisahkan sendiri oleh alm. Letjen. TNI. (Purn) R.A. Kosasih kepada Tjipto Soekardono sewaktu Tjipto Soekardono menjabat sebagai Kepala Staf Resimen Mahasiswa Mahawarman Jawa Barat pada tahun 1970.

Dahulu di Jawa Barat, anggota Resimen Mahasiswa sebelum menerima penyematan baret pada acara pelantikan, harus terlebih dahulu mengucapkan atau bersumpah yang disebut "Panca Dharma Satya Resimen Mahasiswa".

Panca Dharma Satya mengandung lima nilai kesetiaan, yakni:
  1. Setia kepada Sang Saka Merah Putih.
  2. Setia kepada Pancasila.
  3. Setia kepada Konstitusi (UUD 1945).
  4. Setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  5. Setia kepada cita-cita dan nilai-nilai kejuangan Bangsa Indonesia.
Menurut Pak Sutikno Lukitodisastro (mantan Sekretaris Militer Presiden), Panca Dharma Satya itulah yang membuat Bung Karno tidak mau membubarkan Resimen Mahasiswa karena menganggap Resimen Mahasiswa merupakan salah satu wujud dari Nation and Character Building.

Kiriman:
Tjipto Soekardono
Gedung Juang 45
Jl. Menteng Raya 31 Jakarta Pusat

Sabtu, Oktober 29, 2011

Menwa Mahakarta Gelar Diklat SAR

Kegiatan Diklat SAR
BERNAS-JOGJA-Alumni Menwa Mahakarta menggelar kegiatan Pendidikan dan Latihan Search And Rescue (Diklat SAR), Sabtu (22/10) lalu. Diklat dibuka oleh Ketua Umum Alumni Menwa Mahakarta, Timbul Krishartanto. Diklat dalam rangka melaksanakan Program Kerja tahun 2011 dilaksanakan di IST Akprind dan di jembatan Babarsari. “Kegiatan Diklat SAR ini sebagai bentuk partisipasi nyata alumni dan Menwa Mahakarta kepada masyarakat Indonesia khususnya yang berada di wilayah DIY. Seluruh Anggota yg terlibat langsung dalam kegiatan ini,” paparnya. Melalui program itu, alumni dan Menwa Mahakarta masih setia dalam pengabdiannya kepada masyarakat DIY dan bangsa Indonesia. Sebab dengan kompetensi di bidang SAR, mereka dapat berperan dalam operasi SAR saat terjadi bencana.

Sementara Komandan SAR DIY, R Brotoseno ketika menerima serah terima peserta diklat mengungkapkan, para peserta diharapkan dapat mengikuti seluruh materi dengan baik Sehingga mereka dapat menyelesaikan kegiatan dan layak menjadi anggota SAR DIY Kompi Mahakarta. “Semua yang menjadi peserta diklat adalah yg terpanggil untuk melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan,” ujarnya. Brotoseno menambahkan, materi kelas Diklat SAR dilaksanakan di Aula IST Akprind. (*)

Jumat, Oktober 28, 2011

Menjemput Mbah Maridjan

Proses Evakuasi Korban Erupsi Merapi
Ponselku tiba - tiba berdering, teman saya Bobby seorang video journalist dari Al Jazeera memberi kabar. “Saya sudah di Jogja, sekarang sudah diatas, dekat rumah mbah Maridjan”, katanya agak terburu-buru. Sore itu, hari selasa, tanggal 26 Oktober 2010, pukul 16.00 wib saya berada di Ringroad utara depan monument Jogja Kembali, hujan sangat lebat. Saya terdampar disebuah rumah makan bersama Kinanti, anaku yang masih berumur 5 tahun kala itu. Saya mencoba melihat ke utara, semua gelap, hujan lebat membatasi pandangan saya. Kembali saya hanya bisa menunggu hujan mereda.

Kembali Bobby menelpon saya, “Mas, awan panas besar sekali, hujan batu dan pasir, saya meluncur turun mas”, katanya sangat panik. Saya terhenyak, perasaan saya campur aduk. Segera saya bergegas pulang, meski hujan sangat lebat. Saya harus naik ke Kinahrejo segera, perintah hati itu terus terucap di batin saya sepanjang perjalanan pulang menuju rumah.

Segera saya klik on pesawat radio yang terpasang di rumah, saya putar beberapa frekuensi yang berhubungan dengan Merapi, semua krodit, beritanya simpang siur. Segera  saya memacu sepeda motor, 15 menit kemudian saya sudah berada di pertigaan Balai Desa Umbulharjo. Kepanikan luar biasa terlihat ratusan orang yang ada disana.

Saya bertemu dengan Tonden, seorang pecinta alam senior Yogyakarta yang punya kedekatan khusus dengan Mbah Maridjan. Saya juga bertemu dengan Capung, bos dari Komunitas Lereng Merapi (KLM). Saya melihat kedua orang ini cukup panik. “Pey, Kinahredjo chaos, tidak ada orang diatas. Kita harus naik keatas”, ujar Capung kepada saya.

Mobil double cabin, milik Cahyo Alkantana menjemput kami. Selain saya, Capung dan Tonden ada beberapa teman yang ikut bersama kami, termasuk Iqbal anggota Kapakata yang sudah sekian tahun tidak bertemu. Juga ada Arbow, wartawan foto Tempo yang kebetulan bertemu di pertigaan Balai Desa Umbulharjo.

Perjalanan 10 menit itu cukup menegangkan, debu ada dimana-mana, pohon bertumbangan, rumah-rumah penduduk kosong ditingggalkan pemiliknya. Perjalanan kami terhambat pohon besar yang tumbang diatas pertigaan Ngrangkah. Team chainsaw mencoba memotong untuk membuka jalur ambulance masuk Kinahredjo.

Saya terus berjalan,  dibalik pohon saya menemukan jenazah di dekat sebuah motor, pikirku orang ini mencoba melarikan diri namun keburu awan panas menyergapnya. Saya tercekat, Kinahredjo porak poranda, api terlihat dimana-mana. Teriakan minta tolong sayup-sayup terdengar dari berbagai penjuru Kinahredjo.

Kami terus bergerak, debu tebal dan kondisi panas tidak menghalangi langkah saya. “Evakuasi yang hidup… Evakuasi yang hidup”, teriak saya berulang-ulang. Dengan inisiatif masing-masing kami menyelinap di antara rumah-rumah penduduk, mencari orang-orang yang harus diselamatkan.

Teriakan-teriakan penduduk terus terdengar, saya sudah berada di perempatan kecil menuju rumah Mbah Maridjan. Ditempat inilah kami bersepakat untuk mengumpulkan orang-orang yang berhasil kita evakuasi. Saya berlari menuju jalur arah kiri, terdengar suara teriakan lemah sekali. Saya menemukan seorang ibu mendekap anaknya, umurnya kira-kira 2 tahun.

Saya mencoba melepasnya, anak itu sudah meninggal dunia. Segera saya mengambil tindakan untuk melakukan evakuasi terhadap si ibu, pakaianya terbakar, tak ada benang sedikitpun yang melekat ditubuhnya. Dengan segala upaya saya angkat tubuh si Ibu, dia menjerit kesakitan, dia terus menangis. “Anakku yo kudu ditulung (Anak saya juga harus ditolong)”, ucapnya berulang-ulang.

Ketika sampai di perempatan, Si Ibu terus menangis, mencari-cari anaknya. “Aku ra gelem pisah, anakku endi (Saya tidak mau pisah, anakku mana)”, suaranya terbata-bata ditengah tangisannya. Saya kemudian kembali berlari kearah si anak, saya gendong anak itu. Saya sempat jatuh tersungkur tersandung kabel listrik. Sesampai di perempatan, saya tidak menemukan si ibu itu lagi karena sudah dievakuasi kebawah. Saya memandang wajah si anak, saya meneteskan air mata. Saya menyadari bahwa seorang ibu mestinya tidak bisa dipisahkan dari anaknya, dengan alasan apapun.
***

Proses evakuasi terus berlangsung, dengan peralatan seadanya. Kami menemukan sebuah almari penuh dengan tumpukan jarik, saat kantong mayat dan tandu tidak tersedia kami menggunakan jarik ini sebagai tandu darurat. Saya hitung, 12 orang berhasil kita bawa turun menuju pertigaan Ngrangkah, tempat paling atas yang bisa diakses ambulance waktu itu.

Tidak sengaja saya bertemu dengan Lik Udi, kondisinya tubuhnya terbakar hebat. “Tulungi simbah (Mbah Maridjan), mau mlebu neng omahe”, ucapnya lirih. (Tolong bantu simbah, tadi beliau masuk ke rumahnya). Saya menghela nafas panjang, saya mencoba melihat kearah rumahnya, tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Kembali saya bertemu dengan Tonden, dia membisikan, “Kita harus masuk ke rumah simbah, sekarang”, ucapnya emosional. Kemudian datang Capung, Prist dan Irfan, kita melakukan koordinasi singkat. Saya sampaikan kalau memang kita akan masuk ke kompleks rumah mbah Maridjan, yang harus kita lakukan adalah membuat exit way sambil saya menunjuk ke utara. Semua mendongak melihat Gunung Merapi, waktu itu bagian puncak merah membara.

Akhirnya kita berlima sepakat untuk menuju kompleks rumah mbah Maridjan, saya melihat Tonden orang yang paling emosional, dia teriak memanggil simbah, dia mengucapkan salam secara terus menerus. Saya menyadari betul kondisi ini. Ketika letusan Gunung Merapi tahun 2006, Tonden adalah orang yang menemani simbah hingga 6 bulan di Kinahredjo.

Kami semua berhenti di sebuah mobil APV di depan rumah simbah, saya perhatikan mobil ini dalam kondisi terbuka pintu-pintunya. Radio dalam mobil masih menyala, saiaranya tidak begitu jelas. Dibelakang mobil ini saya menemukan satu jenazah tergeletak. Saya periksa tas yang dia bawa, ada tiket pesawat Sriwijaya Air, dari Jakarta tujuan Yogyakarta atas nama Juniawan Wahyu Nugroho, tertera tanggal keberangkatan 26 Oktober 2010 pukul 13.26 wib. Belakangan saya tahu orang ini adalah jurnalis Vivanews.com yang sedang melakukan peliputan erupsi Gunung Merapi.

Berturut-turut kita menemukan 3 jenazah di rumah mbah Maridjan, di sekitar dapur, di dekat ruang gamelan dan di warung Yu Panut. Salah satu dari ketiga orang ini adalah Tutur, relawan dari PMI Bantul. Saya kemudian menelpon Komandan SAR DIY, Brotoseno. Saya melaporkan jika sudah berada di depan rumah Mbah Maridjan. Dalam komunikasi ini, saya melaporkan jika Mbah Maridjan belum ditemukan dan rumah dalam kondisi rusak parah.

Asih kemudian mendatangi kami, asih adalah putera mbah Maridjan, saat ini beliau menggantikan orangtuanya menjadi juru kunci Gunung Merapi. Asih datang dengan membawa ubo rampe sesaji termasuk dua ekor kambing warna hitam, titipan Kraton Yogyakarta. Ketika itu kita berangkulan, asih menangis melihat kondisi ini. Sedetik kemudian kita semua bersolawatan.

Kita terus melakukan pencarian, rumah Mbah Maridjan, Masjid al Amin Kinahredjo, kompleks makam, benar-benar nihil. Pada saat inilah Komandan SAR DIY, Nande dan Punpun bergabung dengan kami, kita berdiskusi tentang kemungkinan keberadaan Mbah Maridjan. Ditengah diskusi ini kami sempat diusir polisi berpangkat Kombes, kami tetap bergeming. 1 jam kemudian, akhirnya kita sepakat untuk turun dan berkoordinasi di rumah Yudha di daerah Pangukrejo, sekitar 1 km arah bawah Dusun Kinahredjo.

Di rumah Yudha inilah kemudian disepakti untuk membentuk sebuah operasi penyelamatan. Dipimpin Komandan SAR DIY, sepakat ditunjuk Capung sebagai komandan operasi dengan target Mbah Maridjan. Dibagi menjadi dua SRU (Search and Rescur Unit), unit terkecil dari sebuah operasi SAR. Satu SRU menyisir bagian atas dengan target 9 orang dan satu SRU menyisir kompleks rumah mbah Maridjan. Team penyelemat akan diberangkatkan pukul 04.00 wib keesokan harinya. Pemilihan jam ini dipercaya lebih efektif karena kita bisa melihat Gunung Merapi dengan lebih jelas diwaktu pagi hari.

Ditengah-tengah koordinasi ini kami memperoleh kabar jika Mbah Maridjan telah ditemukan dalam kondisi lemas di sebuah lereng bukit oleh anggota TNI AL. Namun jika melihat kronologisnya kami tetap percaya simbah belum diketemukan, dasarnya adalah kami adalah team yang berada di paling atas dan tidak menjumpai anggota TNI AL ikut operasi penyelamatan.

Malam itu saya sempat menghubungi istri saya, saya infokan jika saya sudah turun dari Kinahredjo dan akan melanjutkan operasi keesokan harinya. Dari istri saya inilah saya mendapat kabar jika dicari dua orang journalist TV nasional. Kemudian saya berkomunikasi dengan keduanya, diujung telepon, Angga contributor TVOne Wilayah Yogyakarta mengatakan, “Mas, saya minta gambar evakuasinya”, ujarnya.

Saya katakan, jika saya tidak mengambil gambar karena alasan tehnis pencahayaan, meski saya membawa handycam. Apalagi saya juga tidak tega melihat team evakuasi minim dengan tenaga,  sementara saya merekam aktifitas teman-teman. Dari perbincangan itu, kemudian saya memberi info jika Mbah Maridjan belum ditemukan dan akan kita cari keesokan harinya. Akhirnya kita sepakat untuk menjemput kameraman TVOne di depan Bali Desa Umbulharjo.

Ketika berjumpa dengan Angga, baru saya sadar jika stasiun TV competitor TVOne yakni MetroTV telah menayangkan proses evakuasi di pertigaan Ngrangkah. Produsernya Angga sampai mengancam melakukan pemecatan jika tidak memperoleh rekaman proses evakuasi. Atas dasar inilah saya memutuskan untuk membantu membuka akses operasi evakuasi Mbah Maridjan. Belakangan TVOne memang mendapatkan gambar eksklusif proses evakuasi Mbah Maridjan. Itu saya lakukan tanpa koordinasi dengan teman-teman, maafkan saya teman…
***

Tepat pukul 04.00 wib team kembali bergerak kembali keatas, 2 SRU langsung bergerak sesuai dengan scenario yang ditetapkan. SRU 1 menuju rumah mbah Maridjan sempat menemukan 1 jenazah yang berhasil diidentifikasi yaitu Narudi, putra Lik Udi. SRU ini terus bergegas, menuju satu titik yang berhasil kita identifikasi merupakan titik duga keberadaan simbah.

Akhirnya tepat pukul 05.05 wib SRU 1 berhasil menemukan Mbah Maridjan dalam posisi sujud menghadap barat selatan di sebuah kamar samping dapur kediaman beliau. Jenazahnya tertutup asbes dan tertindih sebuah batang kayu. Spontan para team penyelamat bersholawatan, ada yang menitikan air mata, ada yang membersihkan badan dan kepala beliau dari abu vulkanik Gunung Merapi.

Jenazahnya kita masukkan ke kantong mayat yang sudah dipersiapkan, kemudian kita beri tanda huruf capital, M dan diberi kotak bagian luarnya. Jenazah dibawa dengan mobil milik anggota SAR DIY, Pun-Pun menuju Rumah Sakit Sardjito dengan ditemani Irfan dan Jack yang juga anggota SAR DIY. Selamat jalan simbah… tak terasa sudah satu tahun yang lalu kejadian telah berlangsung.

Oleh: Sipey, anggota Kapalasastra UGM, pernah mengurusi Sekber PPA DIY, SAR DIY, Social Worker.

Rabu, Oktober 26, 2011

Mahasiswa Indonesia Diusulkan Jalani Wajib Militer

Lukman Edy
Metrotvnews.com, Jakarta: Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) MPR RI Lukman Edy mengusulkan agar digalakan pendidikan wajib militer di kalangan mahasiswa. Dengan begitu, jiwa dan rasa nasionalisme yang akhir-akhir ini menurun dapat ditingkatkan.

Lukman menjelaskan, mahasiswa, sebagai sebuah kelompok strategis yang selalu menempatkan diri sebagai agen perubahan perlu wajib militer sebagai pengganti OSPEK yang tidak jelas tujuan dan hasilnya.

"Di tengah-tengah derasnya pengaruh liberalisme dan paham-paham multinasional yang dapat merusak ke Indonesiaan kita yang beragam ini," kata Lukman di Gedung MPR RI, Jakarta, Selasa (25/10).

Lukman menekankan, wajib militer di kalangan mahasiswa, tidak bertentangan dengan konstitusi. Sebab UUD 1945 sendiri mengamanahkan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta, yang menempatkan rakyat sebagai kekuatan pendukung untuk menjaga integritas dan keutuhan NKRI.

Ia menambahkan, upaya internalisasi ideologi kebangsaan harus dilakukan dengan berbagai bentuk dan massif. Di sektor pendidikan misalnya, sudah selayaknya ada kurikulum tentang ideologi kebangsaan. Sementara, di kalangan aparatur negara, ideologi Pancasila harus dijadikan program pengembangan kapasitas birokrasi. Sedangkan di partai politik, empat pilar kebangsaan (Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika) harus menjadi bagian tugas pendidikan politik

Ia melanjutkan, dari hasil survei yang dilakukan berbagai instansi, ada hal yang mengejutkan dimana banyak rakyat Indonesia yang anti-Pancasila. Ia menyebutkan, dari hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan 27% rakyat Indonesia merasa tidak memerlukan Pancasila. Bahkan, penelitian seorang profesor dari UIN Jakarta menyimpulkan 28% setuju dengan radikalisasi, dan sebuah lembaga kajian di Jakarta menyatakan 19% pemuda Indonesia menghendaki syariat Islam sebagai dasar negara.

"Angka sebesar ini seharusnya lampu kuning buat Indonesia, dan sekaligus seharusnya mendapat perhatian serius dari pemerintah," kata Lukman.(Andhini)

NKRI Harga Mati

Garuda Pancasila dengan sesanti Bhinneka Tunggal Ika menjadi perekat bangsa Indonesia. (FOTO ANTARA News)
Jakarta (ANTARA News) - Jargon NKRI Harga Mati kerap ditemui di banyak tempat. Implementasinya di tataran politik dan ideologi kebangsaan harus dirumuskan secara pasti sebagaimana dinyatakan Ketua Fraksi PKB MPR RI, Lukman Edy, bahwa Indonesia tak bisa diubah menjadi bentuk lain seperti federal.

Kepada ANTARA News, Lukman Edy menyampaikan, pertanyaan tersebut muncul dari peserta karena peserta ToT 4 Pilar Kebangsaan, utamanya bentuk negara NKRI apakah perlu dipertahankan atau dibuka ruang untuk diubah menjadi bentuk yang lain yang disesuaikan dengan perkembangan zaman, misalnya menjadi negara federal.

"NKRI harus dipertahankan, selain karena kesejarahan NKRI yang kuat, merupakan amanah para bapak bangsa ketika memerdekakan Republik Indonesia. Jadi NKRI tak bisa diubah," kata Lukman Edy, Jakarta, Senin.

Ia menambahkan, Indonesia pernah mencoba mengubah bentuk negara Indonesia, namun gagal.

"Bentuk negara lain sudah pernah dicoba yang kemudian gagal dijalankan karena jauh dari karakter bangsa kita," kata mantan Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal itu.

Menurut mantan Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu, NKRI memberikan optimisme dan keyakinan yang ideal untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan sosial lebih cepat dibanding dengan bentuk negara yang lain.

Namun Edy juga menyampaikan bahwa upaya untuk mensejahterakan dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah tugas berat yang harus segera di laksnakan dengan serius, karena kalau terlambat bisa menimbulkan disintegrasi bangsa.

"10 tahun mendatang adalah masa yang krusial untuk semua komponen bangsa membuktikan keadilan sosial tersebut, kalau tidak terwujud maka akan ada sikap apatisme masyarakat terhadap kesepakatan bernegara kita," ujar Edy.

Diperkirakan, lima tahun kedepan rakyat masih beranggapan jika kesejahteraan dan keadilan sosial tidak tercapai, maka faktor pemimpin lah yang menjadi persoalan.

"Tetapi jika 10 tahun ke depan tetap kesejahteraan dan keadilan itu tidak tercapai, maka rakyat akan beranggapan sistem negara inilah yang salah, pada titik ini NKRI akan menjadi sangat rawan," prediksinya.

Dikatakannya, ToT 4 Pilar Kebangsaan yang dilaksanakan di Ambon, Maluku itu diselanggarakan selama 4 hari, mulai tanggal 17-21 Oktober 2011, dengan peserta seperti tokoh-tokoh agama, OKP, dan lembaga-lembaga pendidikan se Provinsi Maluku, sebanyak 100 orang. zul

Editor: Ade Marboen

Jumat, Oktober 21, 2011

Usulan Calon Pahlawan Nasional Jadi 12 Nama

Jakarta (ANTARA News) - Usulan calon penyandang gelar pahlawan nasional terus mengerucut dari 22 nama menjadi 12 nama yang dianggap sudah melengkapi persyaratan.

"Sudah mengerucut dari 22 menjadi 12 nama, tiga di-pending dan tujuh belum lengkap," kata Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri di Jakarta, Jumat.

Salim mengatakan, nama sudah mengerucut itu, termasuk yang belum lengkap, mereka semua punya hak untuk mengajukan dua kali kalau ada penambahan data.

Sebelumnya, Kementerian Sosial sudah menerima 22 nama diusulkan sebagai pahlawan nasional, usulan tersebut akan melewati sejumlah tahap proses seleksi oleh Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan.

Sejumlah nama yang diusulkan diantaranya Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal Buya Hamka seorang ulama besar dari Sumatera Barat serta sastrawan.

Selain Buya Hamka, tokoh nasional yang diusulkan menyandang gelar Pahlawan Nasional adalah Syafruddin Prawiranegara dikenal sebagai Ketua Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Gelar pahlawan nasional akan diumumkan pada Hari Pahlawan setiap 10 November.
(D016)

Editor: Aditia Maruli

Kamis, Oktober 20, 2011

Mahasiswa UMK Meninggal Saat Mengikuti Diksar Menwa

Ilustrasi
REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS – Salah seorang mahasiwa Universitas Muria Kudus (UMK), Jawa Tengah, Senin (17/10) sore, meninggal dunia saat mengikuti prapendidikan dasar di sekitar bumi perkemahan Menawan di Desa Menawan, Kecamatan Gebog, Kudus.

Menurut Komandan Menwa UMK, Ahmad Fani Fauzi, korban yang bernama Muhammad Muntaha (22), mahasiswa semester satu Fakultas Teknik Informatika tersebut diketahui meninggal sekitar pukul 16.00 WIB.

Korban tewas di sekitar Bumi Perkemahan Menawan saat mengikuti prapendidikan dasar Menwa, Satuan 0923 Gondo Wingit UMK. "Saat itu, kami berupaya menolong korban setelah ditemukan terjatuh di sekitar bumi perkemahan," tutur Fauzi.

Kejadian tersebut berawal ketika Muntaha bersama 15 peserta pradiksar lainnya mengikuti sesi tes materi dengan melintasi daerah sekitar bumi perkemahan yang berjarak 700 meter.

Setelah melalui pos pertama, kata dia, Muntaha memperlihatkan sikap yang ganjil. "Seorang senior yang mengawasi kegiatan tersebut, menegur Muntaha untuk mengikuti jalur pos yang ditetapkan. Akan tetapi, dia justru berbelok ke arah jalan lain," ujarnya.

Setelah berjalan sepanjang sepuluh meter, Muntaha terjatuh, sehingga pengawas kegiatan yang mengetahui hal itu segera memberikan pertolongan. Korban segera dibawa ke aula yang tersedia di bumi perkemahan tersebut untuk mendapatkan pertolongan, mengingat korban diduga kesurupan. Selama perjalanan dari lokasi kegiatan, korban juga berontak.

Untuk mengobati kelelahan yang dialami anak pasangan Suhardi (49) dan Kemi (45) itu, panitia kegiatan meminta pertolongan dokter dari Puskesmas setempat serta paranormal dan tokoh agama setempat untuk mendeteksi kemungkinan korban kesurupan.

Hanya saja, upaya tersebut tidak membuahkan hasil, karena selang beberapa menit korban menghembuskan nafas terakhirnya. Hasil visum tim medis dari Puskesmas Gebog menyatakan korban tidak mengalami gangguan kesehatan dan tindak kekerasan.

Menanggapi kejadian tersebut, Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan UMK, Hendi Hendro, mengatakan akan mengevaluasi kegiatan dan aktivitas Menwa. "Kami akan meninjau ulang kegiatan di luar kampus agar kasus serupa tidak terulang kembali," ujarnya.

Selama ini, lanjut dia, kegiatan tersebut berlangsung lancar dan aman, serta belum pernah mengalami kejadian hingga menimbulkan korban jiwa.

Redaktur: Chairul Akhmad
Sumber: Antara

Rabu, Oktober 19, 2011

UKM Menwa Mahakarta UGM Adakan Pelatihan Kebangsaan di AAU

Berkesempatan mencoba obstacle Run dan  makan siang bersama dengan Karbol merupakan kesempatan emas bagi siswa-siswa peserta pelatihan kebangsaan yang diadakan oleh UKM  Menwa Mahakarta UGM.  Disambut di gedung Sabang merauke AAU, Sabtu( 15/10)  oleh pejabat terkait peserta latihan langsung disuguhi pemutaran sound slide profil AAU.

Pihak UKM menwa di Wakili oleh ketua pelaksana Bpk. Agil mengatakan”  bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan simultan yang diadakan oleh UKM Menwa UGM yang pendanaannya bersumber dari Kesbanglinmas, serta dari pihak UGM sendiri. “ lebih lanjut Bpk Agil mengatakan dipilihnya AAU karena antara AAU dan UGM telah terjalin hubungan yang harmonis melalui Mou   beberapa saat yang lalu. Pelatihan ini berlangsung 3 hari dari tanggal 13-15 Oktober 2011 dan hari ini terakhir katanya.

Di  AAU peserta pelatihan kebangsaan ini mendapat pembekalan Bela Negara dari Kol Sus Mardoto, M.T yang selain sebagai Dosen AAU beliau juga aktif di Pusat Kajian Bela Negara AAU, serta mengajar di beberapa tempat salah satunya di UGM Fakultas MIPA. Kunjungan ke Museum karbol juga menjadi kesempatan bagi peserta pelatihan ini, dilanjutkan dengan Obstacle run. Sampai berita ini di turunkan menurut rencana Peserta Pelatihan kebangsaan ini akan melakukan makan bersama dengan Karbol yang cukup menarik ini.

“Sambutan yang baik ini diberikan guna mendekatkan AAU dengan masyarakat.  AAU milik kita semua, AAU milik rakyat dan semua boleh mendapatkan informasi dari AAU tentunya dengan rambu-rambu yang berlaku di AAU, dikatakan Kepala Penerangan AAU.

Sumber : http://aau.ac.id/

Senin, Oktober 17, 2011

Pertahanan Nirmiliter

Pertahanan nirmiliter adalah peran serta rakyat dan segenap sumber daya nasional dalam pertahanan negara, baik sebagai Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung yang dipersiapkan untuk menghadapi ancaman militer maupun sebagai fungsi pertahanan sipil dalam menghadapi ancaman nirmiliter. Fungsi pertahanan nirmiliter yang diwujudkan dalam Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (2) dalam menghadapi ancaman militer.

Fungsi pertahanan sipil dalam menghadapi ancaman nirmiliter sebagaimana dimaksud UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3) terdiri atas fungsi untuk penanganan bencana alam, operasi kemanusiaan, sosial budaya, ekonomi, psikologi pertahanan yang berkaitan dengan kesadaran bela negara, dan pengembangan teknologi. Fungsi-fungsi tersebut merupakan tanggung jawab instansi pemerintah di luar bidang pertahanan sesuai dengan jenis dan sifat ancaman yang dihadapi.

Dalam menghadapi ancaman nirmiliter, pengorganisasian pertahanan nirmiliter disusun ke dalam pertahanan sipil untuk mencegah dan menghadapi ancaman yang berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi. Dalam kerangka menghadapi ancaman yang berdimensi keselamatan umum, bentuk pertahanan sipil dilaksanakan melalui fungsi-fungsi keamanan, antara lain penanggulangan dampak bencana alam dan bencana yang ditimbulkan manusia, operasi kemanusiaan, SAR, wabah penyakit dan kelaparan, gangguan pada pembangkit tenaga listrik dan transportasi, serta aksi pemogokan. Pengorganisasian pertahanan sipil dalam kerangka pertahanan nirmiliter berbeda dengan struktur sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer. Pertahanan sipil sebagai bentuk pertahanan nirmiliter bersifat fungsional dan berada dalam lingkup kewenangan instansi pemerintah di luar bidang pertahanan (Lihat Gambar Berikut). 
Sumber : Doktrin Pertahanan Negara (Dephan)
Inti pertahanan nirmiliter adalah pertahanan melalui usaha tanpa menggunakan kekuatan senjata dengan pemberdayaan faktor-faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi. Keterlibatan warga negara dalam pertahanan nirmiliter diwujudkan melalui profesi, pengetahuan dan keahlian, serta kecerdasan dalam pembangunan nasional dan dalam penyelenggaraan pertahanan negara, baik langsung maupun tidak langsung, untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan, sehingga merupakan daya tangkal bangsa. Dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan, pertahanan nirmiliter berada dalam lingkup fungsi departemen/lembaga pemerintah non departemen (LPND) melalui penyelenggaraan pembangunan nasional yang dirancang dengan mengintegrasikan kepentingan kesejahteraan dan kepentingan pertahanan. Unsur utama dalam pertahanan nirmiliter adalah unsur pemerintah dan nonpemerintah dalam fungsi dan kapasitasnya memberdayakan sumber daya nasional.

Pertahanan nirmiliter tidak terbatas pada perwujudan daya tangkal bangsa melalui pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan. Dalam kondisi negara menghadapi agresi atau invasi dari negara lain yang mengancam NKRI, fungsi pertahanan nirmiliter berperan dalam upaya pertahanan sesuai dengan lingkup fungsinya masing-masing dalam Sistem Pertahanan Semesta. Pertahanan nirmiliter tampil untuk mendinamisasi segenap potensi dan kekuatan nasional untuk memperkuat upaya pertahanan secara militer. Pertahanan nirmiliter dalam hal ini melaksanakan langkah-langkah nirmiliter untuk memberikan tekanan politik melalui upaya diplomasi, diperkuat oleh pendinamisasian kekuatan ekonomi, keuangan dan moneter, sosial, psikologi, serta teknologi dan informasi untuk menggagalkan niat lawan. Langkah-langkah nirmiliter dikerahkan sebagai bentuk perlawanan pantang menyerah dalam mempertahankan kelangsungan bangsa dan negara.

Kerangka perang rakyat semesta diwujudkan dalam Perang gerilya dengan perlawanan bersenjata dan perlawanan tidak bersenjata sebagai satu kesatuan perjuangan. Perang gerilya dengan perlawanan fisik bersenjata dilaksanakan oleh pertahanan militer sebagai inti kekuatan dan diselenggarakan dalam unit-unit perlawanan dalam satuan kecil dan terbesar untuk menguras kekuatan lawan sampai akhirnya dapat melancarkan serangan yang menentukan untuk menghancurkan dan mengusir lawan dari bumi Indonesia. Perlawanan tidak bersenjata adalah bentuk perlawanan yang dilaksanakan dengan mendayagunakan faktor-faktor diplomasi, politik, ekonomi, sosial budaya, agama, teknologi, dan informasi.

Sumber : Dephan

Pertahanan Militer

Pertahanan militer bertumpu pada TNI sebagai Komponen Utama yang didukung oleh Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung yang dipersiapkan dan dikembangkan untuk menghadapi ancaman militer. Tentara Nasional Indonesia mendinamisasi pertahanan militer sebagai lapis utama pertahanan negara untuk melaksanakan OMP dan OMSP. Pertahanan militer dalam melaksanakan OMP didasarkan atas keputusan politik melalui pengerahan kekuatan oleh Presiden. Dalam melaksanakan OMP, TNI mengembangkan strategi militer sesuai dengan hakikat ancaman yang dihadapi dengan memperhatikan kondisi geografi Indonesia serta sumber daya pertahanan yang tersedia. OMP yang diselenggarakan TNI dikemas dalam keterpaduan tiga matra (Tri Matra Terpadu). Dalam menyelenggarakan OMP, TNI menggunakan segenap komponen pertahanan negara yang terdiri atas Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung. Dalam kerangka pertahanan militer, TNI menyelenggarakan perencanaan strategi dan operasi militer, membina profesionalisme organisasi dan kekuatan TNI, serta memelihara kesiapsiagaan operasional.
Tentara Nasionan Indonesia
Gelar kekuatan TNI merupakan bagian vital dari upaya pertahanan militer, yang pelaksanaannya didasarkan pada pertahanan sebagai fungsi pemerintahan negara yang tidak diotonomikan. Dalam rangka itu, TNI digelar di seluruh wilayah Indonesia secara kenyal berdasarkan strategi pertahanan. Gelar kekuatan TNI di daerah tidak berdasarkan struktur dan gelar instansi pemerintah, tetapi didasarkan pada strategi pertahanan dan strategi militer untuk kepentingan penangkalan dan pelaksanaan operasi militer. Oleh karena itu, kekuatan TNI yang digelar di daerah bukan merupakan kekuatan organik daerah yang bersangkutan.

Dalam gelar kekuatan TNI tidak mengenal kekuatan organik dan kekuatan non-organik. Kekuatan TNI adalah organik di seluruh wilayah Indonesia, bukan pada suatu daerah berdasarkan batas wilayah administratif sebagaimana ditentukan dalam Otonomi Daerah. Gelar kekuatan TNI dilaksanakan oleh TNI pada masa damai dan pada keadaan perang. Gelar kekuatan TNI diselenggarakan berdasarkan strategi pertahanan negara dan kekenyalan pelaksanaan strategi militer. Gelar kekuatan TNI pada masa damai ditujukan untuk mewujudkan daya tangkal pertahanan, diproyeksikan ke dalam gelar secara Tri Matra Terpadu. Pertahanan negara adalah fungsi pemerintahan yang tidak diotonomikan. Maka, wilayah gelar kekuatan TNI adalah seluruh wilayah Indonesia.

Penggunaan Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung disesuaikan dengan bobot ancaman yang dihadapi, dengan memegang teguh prinsip-prinsip pembatasan penggunaan masyarakat sipil. Komponen Cadangan disiapkan guna memperbesar dan memperkuat Komponen Utama. Status Komponen Cadangan berubah menjadi kombatan setelah dimobilisasi, dan statusnya sebagai kombatan berakhir melalui demobilisasi.

Komponen Pendukung dengan unsur-unsur yang terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional didayagunakan untuk meningkatkan kemampuan Komponen Utama dan Komponen Cadangan. Pendayagunaan Komponen Pendukung tersebut dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung tergantung kondisi, urgensi kebutuhan, serta fungsi hakiki unsur Komponen Pendukung yang bersangkutan. Komponen Pendukung yang tidak dimobilisasikan menjadi kombatan. Status dan perlakuannya diatur berdasarkan ketentuan mengenai hak-hak sipil.

Sumber : Dephan

Minggu, Oktober 16, 2011

Sistem Pertahanan Negara

Pertahanan Negara Indonesia diselenggarakan dalam suatu Sistem Pertahanan Semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, serta segenap sumber daya nasional yang dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut. Sistem Pertahanan Semesta memadukan pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter yang saling menyokong dalam menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Sistem Pertahanan Semesta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah melalui usaha membangun kekuatan dan kemampuan pertahanan yang kuat dan disegani baik kawan maupun calon lawan. Dipersiapkan secara dini berarti Sistem Pertahanan Semesta dibangun secara terus-menerus sejak masa damai sampai masa perang.

Pada masa damai, Sistem Pertahanan Semesta dibangun untuk menghasilkan daya tangkal yang tangguh dengan menutup setiap ruang kelemahan yang dapat menjadi titik lemah. Pembangunan Sistem Pertahanan Semesta pada masa damai dilaksanakan dalam kerangka pembangunan nasional yang tertuang dalam program pemerintah yang berlaku secara nasional.

Pada masa perang atau pada kondisi negara menghadapi ancaman nyata, pemerintah mendayagunakan Sistem Pertahanan Negara sesuai dengan hakikat ancaman atau tantangan yang dihadapi. Sistem Pertahanan Negara dalam menghadapi ancaman militer memadukan pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter dalam susunan Komponen Utama Pertahanan, yaitu TNI, serta Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung yang terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional. Komponen Cadangan dibentuk dari sumber daya nasional yang dipersiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan TNI. Mobilisasi merupakan tindakan politik dari pemerintah melalui pernyataan Presiden untuk mengerahkan dan menggunakan secara serentak sumber daya nasional serta sarana dan prasarana nasional sebagai kekuatan pertahanan. Komponen Pendukung adalah sumber daya nasional selain Komponen Utama dan Komponen Cadangan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan Komponen Utama dan Komponen Cadangan. Komponen Pendukung dikelompokkan dalam lima suku komponen pendukung, yakni Garda Bangsa, tenaga ahli sesuai dengan profesi dan bidang keahliannya, warga negara lainnya, industri nasional, sarana dan prasarana, serta sumber daya buatan dan sumber daya alam yang dapat digunakan untuk kepentingan pertahanan.

Garda Bangsa adalah salah satu unsur utama dalam Komponen Pendukung, yang terdiri atas warga negara yang memiliki kecakapan dan keterampilan khusus, jiwa juang, kedisiplinan, serta berada dalam satu garis komando yang sewaktu-waktu dapat dikerahkan untuk membantu tugas-tugas pertahanan pada saat negara membutuhkan Komponen Pendukung. Unsur-unsur Garda Bangsa berasal dari unsur Kepolisian Negara, Satuan Polisi Pamong Praja yang dimiliki Pemerintah Daerah (Pemda), unsur Perlindungan Masyarakat (Linmas) yang dikoordinir oleh Pemda, Resimen Mahasiswa yang pembinaannya di bawah perguruan tinggi, Alumni Resimen Mahasiswa, serta organisasi kepemudaan. Posisi Polisi Negara ditempatkan dalam Komponen Pendukung didasarkan pada statusnya sebagai alat negara yang lingkup fungsi dan pendekatan dalam pelaksanaan fungsinya berbeda dengan tentara. Polisi Negara adalah warga negara yang memiliki kualifikasi dan keterampilan tinggi seperti tentara, namun status dan perlakuannya sebagai masyarakat sipil sehingga tidak dapat secara serta-merta ditransfer sebagai Komponen Utama. Untuk menjadi Komponen Utama, Polisi Negara terlebih dahulu menanggalkan status kepolisiannya, dan selanjutnya mengikuti tahapan rekrutmen sesuai dengan mekanisme untuk menjadi calon prajurit TNI. Dalam Sistem Pertahanan Semesta, posisi yang paling tepat bagi Polisi adalah berada dalam Komponen Pendukung dan, karena keterampilannya, ditempatkan dalam suku Garda Bangsa. Visualisasi komponen pertahanan negara tampak dalam gambar berikut ini.

Sumber : Doktrin Pertahanan Negara (Dephan)
Sumber : Dotkrin Pertahanan Negara (Dephan)

"Ngapain" Masuk Menwa?

Perdebatan tentang Resimen Mahasiswa (Menwa) dan militerisme itu masalah klasik. Dua kubu berseberangan telah mengunci pendapat masing-masing dan sulit mendiskusikannya di satu meja.

Kubu antimiliter, yang merindukan kejayaan masyarakat madani, dan kubu yang merasa tak ada persoalan dengan militerisme. Konsekuensi dari perdebatan lama ini membuat pendapat pembaca didominasi anggota dan mantan Menwa. Bagi yang kontra?

”Perdebatan itu sudah selesai, kami anti-militerisme dengan segala bentuknya. Mereka arogan,” begitu salah satu pendapat yang masuk.

”ABCD” alias ABRI Bukan Cepak Doang, itulah cap lama yang tetap membuat orang cekikikan mendengarnya. Ada juga yang memberi predikat paramiliter Indonesia, atau hansip kampus.

Di internet, perdebatan ini tetap jalan. Namun, tampaknya perdebatan yang ada sekadar ”reuni” dari kasus-kasus lama. Tensinya tak seperti masa reformasi dulu jadi adem-adem saja karena Menwa sekarang berbeda strukturnya.

”Di luar penilaian terhadap ungkapan-ungkapan tuntutan pembubaran Menwa itu obyektif atau tidak harus diakui secara jujur bahwa pembinaan terhadap Menwa perlu dikaji ulang,” kata M Parlin Simanjuntak, mantan Yon Mahajaya Jakarta, yang pernah menjadi Sekretaris Jenderal Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia dan kini Sekretaris Jenderal Korps Menwa.

Apalagi, dengan terbitnya Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri Tahun 2000. Kini, Menwa berada di bawah pembinaan perguruan tinggi sebagai unit kegiatan mahasiswa (UKM), tidak lagi di bawah pembinaan Kementerian Pertahanan.

”Kompas Kampus” mendapatkan sisi lain dari Menwa, yaitu loyalitas dan semangat korps yang tetap menyala walau mereka sudah mantan anggota. Kepala Pusat Studi Ketahanan Nasional Komando Nasional Yudha Luqisanto pun ikut berkontribusi dengan mengirim e-book berformat PDF soal profil Menwa. Sebuah perhatian yang mungkin tak akan didapatkan jika membahas UKM biasa.

Ya, terlepas dari sorotan soal sifat militerisme yang dibenci sebagian orang, Menwa memiliki struktur pendapat yang pasti dan tak akan berubah soal pentingnya pendidikan kedisiplinan dan bela negara. Setelah mereka lulus dan bekerja, banyak yang mengaku sangat terbantu dengan tradisi di Menwa.

”Kedisiplinan, jelas banget. Di kantor, saya agak keras soal disiplin dan selalu tepat waktu,” kata Mawar Sari Suprayogi, mantan Menwa Yon 3 Universitas Katolik Parahyangan.

”Saya juga taat dengan struktur organisasi di tempat kerja. Kalau melihat mereka yang tak mau ngikutin struktur, kesel juga,” kata Mawar.

UKM khusus

Chairul Dani, mantan Menwa YON-14 Universitas Trisakti, menjelaskan, posisi Menwa kini hanya menjadi UKM, setara dengan UKM lainnya. Hanya saja, Menwa punya sedikit embel-embel, yaitu UKM khusus.

”Ada embel-embel ’khusus’ karena setiap anggotanya harus melalui dan lulus pendidikan dasar militer serta tercatat sebagai komponen pasukan cadangan nasional,” katanya.

Chairul membantah anggapan Menwa adalah perpanjangan tangan militer masuk kampus. ”Sepertinya itu sudah tidak relevan lagi, kini sangat sedikit Menwa yang melakukan koordinasi dengan pihak TNI,” katanya.

”Kalaupun ada, hanya sebatas memenuhi rutinitas jalur komando yang telah ada sejak dulu.

Kegiatan Menwa lebih banyak berinteraksi dengan sivitas akademika, seperti pengamanan tes ujian masuk, pengamanan ospek (orientasi studi dan pengenalan kampus), dan sejenisnya,” ujarnya.

Parlin menggarisbawahi, karena statusnya pendidikan, Menwa tak boleh digunakan dalam bentuk operasional. Korps Alumni Menwa-lah yang seharusnya digunakan untuk kepentingan operasional dalam ruang lingkup Rakyat Terlatih.

”Resimen Mahasiswa harus kembali ke khittah-nya, sebagai Resimen Pendidikan untuk menghasilkan kekuatan Cadangan TNI,” kata Parlin. (AMIR SODIKIN)

Sumber : Kompas

SAR DIY Kompi Mahakarta

Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Mahakarta atau yang sering disingkat IKA Menwa Mahakarta, dalam waktu dekat akan membentuk SAR DIY Kompi Makakarta. Pembentukan ini sesuai dengan Program Kerja IKA Menwa Mahakarta. Adapun tujuan dibentuknya SAR DIY Kompi Mahakarta, untuk membentuk suatu Unit SAR yang dapat begerak dengan cepat secara mandiri maupun terkoordinasi dengan Unit SAR yang lain, dalam melakukan Operasi Pencarian dan Penyelamatan korban kecelakaan maupun bencana, yang merupakan tugas dan fungsi dai Resimen Mahasiswa. 
Komandan SAR DIY, Drs. Brotoseno, M.Si (Alumni Menwa ISI Yogyakarta)
Proses pendidikan dan latihan atau diklat, rencananya akan dumulai pada hari sabtu tanggal 22 Oktober 2011, bertempat di Kampus Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta. Adapun pesertanya adalah semua anggota Menwa Mahakarta yang masih aktif ataupun yang baru mendaftar alias Camen. Semoga kegiatan ini berjalan sesuai rencana.

Dari Ular Hingga Senapan M16

Gelanggang Expo (Gelex) merupakan acara rutin yang digelar oleh Forum Komunikasi Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Gadjah Mada setiap tahunnya. Dalam acara ini setiap UKM disediakan stand untuk mempromosikan kegiatannya kepada para pengunjung yang datang. Acara Gelex biasanya dimanfaatkan UKM untuk melaksanakan kegiatan open recruitment. Gelex 2011 berlangsung mulai tanggal 12 hingga 15 Oktober 2011.
Mahasiswa Asal Korea Selatan Mengunjungi Stand Menwa UGM
Kali ini Stand Menwa UGM menampilkan beberapa koleksi, antara lain foto-foto kegiatan, alat-alat mountenering, buku-buku, piala, plakat kenang-kenangan, dan ular.  Para pengunjung sangat antusias dengan stand Menwa UGM karena bisa berinteraksi dengan ular. Bahkan terdapat beberapa mahasiswa asing yang menikmati stand Menwa UGM.  Pada Gelex tahun ini, Menwa UGM menampilkan atraksi bongkar pasang senjata senapan M16 dan P2. Atraksi ini untuk memperkenalkan alutsista kepada pengunjung, serta meningkatkan minat mahasiswa terhadap industri pertahanan.
Atraksi Bongkar Pasang Senjata
Sumber : http://menwa.ukm.ugm.ac.id/

Kursus Kader Pimpinan (Suskapin) XXXI Resimen Mahasiswa Indonesia T.A. 2011

Komando Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia kembali akan menyelenggarakan kegiatan Kursus Kader Pimpinan (Suskapin) XXXI Resimen Mahasiswa Indonesia T.A. 2011. Agenda kegiatan dua tahun sekali ini akan diadakan di Makopassus Cijantung, Lemhanas RI, Situlembang. Kegiatan ini rencananya akan dilaksanakan dari tanggal 1 Desember - 21 Desember 2011. Peserta pada kegiatan Suskalaknas kali ini dibatasi hanya 100 peserta, dengan biaya Rp 1.200.000,00,-/peserta. Pendaftaran dan pembayaran Selambat-lambatnya diterima satuan tugas pelaksana tanggal 20 November 2011, melalui rekening BRI.a.n. Resimen Mahasiswa Indonesia Acc. No.0335-01-021777-50-8 Cabang Kramat Raya.

Suskapin 2009
Buat rekan-rekan Resimen Mahasiswa yang ingin mengikuti kegiatan ini, silakan mendaftar. Download proposalnya disini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi Dasril di 081363317281 atau 083181650011 dan Deby di 081574386106. Semoga Informasi ini bermanfaat. Bravo Menwa Indonesia.

Sumber : Konas

Napak Tilas dan Bakti Sosial

Komando Resimen Mahasiswa Mahawarman, Batalyon IX/Sunan Gunung Jati, Kompi A Unswagati Cirebon, dalam waktu dekat akan mengadakan kegiatan Lomba Napak Tilas menelusuri rute Tentara Pelajar Batalyon 400 Brigade XVII/Siliwangi dan Bakti Sosial yang ke 13. Kegiatan tersebut rencananya akan dilaksanakan dari tanggal 28 sampai 30 Oktober 2011, dengan peserta terdiri dari Siswa SMP/SMA/Sederajat se-wilayah III Cirebon dan Menwa/Umum se-Indonesia.

Kegiatan ini akan memperebutkan :
  • Trophy Bergilir Mentri Pemuda & Olahraga
  • Trophy Bergilir Menrti Pendidikan Nasional
  • Trophy Pangdam III/Siliwangi
  • Trophy Dankonas Menwa
  • Trophy Walikota Cirebon
  • Trophy Danmen Mahawarman
  • Trophy Rektor Unswagati
  • Trophy Dandim 0614/Kota Cirebon
  • Trophy Kapolres Cirebon Kota
  • Trophy Ketua Yayasan swadaya Gunung Jati
  • Trophy IKAL Menwa
  • Trophy Ketua TP 400
  • Trophy Ketua DHC '45
  • Trophy Legiun Veteran Marcab Kota Cirebon
  • Trophy Danyon Menwa IX/SGJ
  • Trophy Dandim 0615/Kuningan
  • Trophy Danyon Arhanudse-14
  • Uang jutaan Rupiah
Buat rekan-rekan yang ingin berpatrisipasi, silakan mendaftar sebelum tanggal 27 Oktober 2011, dengan biaya pendaftaran untuk SMP/SMA/Sederajat Rp.350.000,-/Regu (3 Orang) dan Menwa/Umum Rp.370.000,-/Regu (3 Orang). Adapun fasilitas yang diperoleh adalah : Makan selama kegiatan, Piagam Napak Tilas, Kaos tiap peserta, Briffet untuk Menwa/Umum, Penginapan, Vandel untuk tiap regu, Souvenir, CD kegiatan dan foto tiap regu (3 hari setelah kegiatan). Untuk informasi lebih lanjut selakan datang langsung ke Mako Menwa Unswagati Cirebon, dengan alamat :
Jl. Pemuda No.32
Telp. (0231)206558 Ext.123 Hp.085294750001
Cirebon 45132

setiap hari kerja, dari jam 08.00 sampai dengan 17.00 WIB atau bisa menghubungi saudara David di 085224356221 atau Dahlia di 081324161945 atau Andi di 081947030260.

Semoga informasi ini bermanfaat, Bravo Menwa Indonesia!!!

Sabtu, Oktober 15, 2011

Awal Terbentuknya Resimen Mahasiswa di Jawa Barat

Tanggal 13 Juni  2011 ini, Resimen Mahasiswa Mahawarman Jawa Barat  berulang tahun yang ke 52, sebuah usia yang matang bagi manusia, juga matang bagi sebuah organisasi mahasiswa di mana anggotanya mempunyai minat yang besar dalam hal bela negara. Usia 52 ini menggambarkan betapa panjang nya perjalanan Menwa Mahawarman dari sejak dilahirkan sampai sekarang ini, perjalanan yang penuh liku , penuh suka duka untuk bisa tetap eksis, di tengah kondisi kemahasiswaan yang dinamis, juga di tengah situasi kondisi politik yang juga terus berubah, di mana di awal kelahirannya pada  masa Orde Lama, dilanjutkan masa Orde Baru dan kemudian masa Reformasi, Resimen Mahasiswa Mahawarman bisa tetap berdiri dengan tegak dan gagah.
Lambang Resimen Mahasiswa Mahawarman/Jawa Barat
Tanggal  kelahiran Resimen Mahasiswa Mahawarman diambil dari saat pertama kali diadakan program wajib latih kemiliteran atau WALAWA yaitu Wajib Latih Mahasiswa, yang untuk pertama kalinya diadakan dari tanggal 13 juni 1959 sampai dengan tanggal 14 september 1959 selama 20 minggu, dengan peserta latihan sebanyak 960 orang mahasiswa dari UNPAD, ITB, UNPAR, Akademi Pendidikan Jasmani, dan Akademi PTT (Pos Telegrap dan Telepon). yang terbagi dalam 6 kompie latihan. Kemudian latihan serupa diadakan kembali thn 1961 dalam rangka pembebasan Irian Barat (Trikora) , mahasiswa yang pernah mengikuti Wajib Latih tahun 1959 di panggil kembali untuk dilatih ulang, kali ini mereka dihimpun dalam organisasiResimen Seba Guna Mahasiswa Jawa Barat.Dari jumlah 960 orang yang pernah mengikuti Wajib Latih tahun 1959 itu tersisa sebanyak 320 orang karena sebagian besar telah menyelesaikan pendidikannya dan tinggal di luar kota Bandung. Kemudian mereka dilatih kembali selama 10 minggu dan ditambah lagi latihan elama 14 hari yang diselenggarakan di tempat pendidikan Infantri Bihbul. Penutupan latihan dilakukan oleh Pangdam VI Siliwangi yang sekaligus melantik mereka sebagai angkatan pertama Resimen  Serbaguna Mahasiswa Jawa Barat dan Pangdam menyatakan mereka sebagai bagian organik dari Kodam VI Siliwangi.

Saat pembentukan itu, Resimen Serbaguna Mahasiswa Jawa Barat belum mempunyai identitas khas korps, sehingga kemudian muncul usulan dari anggota, yang kemudian pada saat apel besar di lapangan gasibu Bandung memperingati hari jadi Resimen Serbaguna Mahasiswa Jawa Barat tgl 13 juni 1964, Menko Hankam/KASAB Jendral A.H Nasution dengan didampingi oleh Mentri PTIP Prof Ir Thoyib Hadiwijaya dan Pangdam VI/Siliwangi Brigadir Jendral Ibrahim Ajie, meresmikan penggunaan nama “RESIMEN MAHASISWA MAHAWARMAN” sebagai nama Resimen Mahasiswa Jawa Barat, dan diserahkan secara langsung Dhuaja Resimen Mahasiswa Mahawarman kepada Komandan nya yaitu Kapten Ojik Soeroto.

Pada awal pembentukan Resimen Serbaguna Mahasiswa Jawa Barat terdiri dari empat Kompi, yaitu Kompi I dan II beranggotakan mahasiswa ITB, Kompi III dari UNPAD, kompi IV dari UNPAR dan Akademi Negeri. Pada perkembangan selanjutnya, kompi kompi itu berkembang menjadi Batalyon I ITB, Batalyon II UNPAD, Batalyon III UNPAR, Batalyon IV gabungan Universitas swasta dan STO, Batalyon V karyawan IKIP yang kemudian bubar, Batalyon VI gabungan Akademi, Batalyon VII Perguruan Tinggi di wilayah hukum Korem 61 Suryakencana Bogor, Batalyon VIII untuk Perti yang berkedudukan di wilayah hukum Korem 62 Tarumanegara wilayah Taikmalaya dan sekitarnya, Batalyon IX wilayah Korem 63 Sunan Gunung Jati wilayah Cirebon dan sekitarnya, Batalyon X wilayah Banten dan sekitarnya, tapi kemudian dengan adanya Propinsi Banten, Batalyon X memisahkan diri dan menjadi Maha Banten, dan Batalyon XI UPI Bandung.
Buku Kesatria Bertoga
Rasanya tidak berlebihan jika di sebutkan bahwa Resimen Mahasiswa Mahawarman adalah cikal bakal lahirnya Resimen Mahasiswa Indonesia.

WIDYA CASTRENA DHARMA SIDHA

Sumber : Buku Kesatria Bertoga

Kejuaraan Menembak antar Satuan MENWA

Pendahuluan

Resimen Mahasiswa adalah salah satu komponen Bangsa yang selalu berperan aktif dalam proses pembangunan Bangsa Indonesia. Dalam perjalanannya, Resimen Mahasiswa selalu berdialektika dengan perkembangan sejarah bangsa, sehingga dapat mengambil peran-peran strategis dalam pembangunan peradaban bangsa dan Negara.

Sebagai entitas mahasiswa yang telah dibekali ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan, Resimen Mahasiswa akan selalu mengawal proses pembangunan bangsa dengan memberikan sumbangsih tenaga dan pikiran untuk kemajuan dan keutuhan Bangsa Indonesia.

Komando Resimen Mahasiswa Mahawarman Batalyon II/Universitas Padjadjaran sebagai salah satu komponen cadangan Negara mencoba mengimplementasikan motto Resimen Mahasiswa yaitu “Widya Castrena Dharma Sidha” yang berarti Penyempurnaan Pengabdian Dengan Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Keprajuritan kedalam sebuah kegiatan yang kami beri nama KEJUARAN MENEMBAK ANTAR SATUAN RESIMEN MAHASISWA SE-INDONESIA.

Dasar Kegiatan
  1. UUD 1945 pasal 30 ayat (1), tentang hak dan kewajiban warga Negara dalam bela Negara
  2. Surat Keputusan Bersama Menhan, Mendiknas, dan Mendagri dan Otonomi Daerah Nomor : KB/ 14 / 2000, 6/U/KB/2000, 39 A tahun 2000, tentang Pembinaan dan Pemberdayaan Resimen Mahasiswa dalam Bela Negara.Surat Edaran Dirjen Dikti No.2081/D/T/2000, tentang Pemberdayaan Resimen Mahasiswa di Perguruan Tinggi.
  3. Surat Edaran Mendagri Nomor : 300/3720/SJ Tanggal 21 Oktober 2009 perihal pengembangan kerjasama pemda dengan Resimen Mahasiswa dalam program dan kegiatan penguatan kesadaran bela Negara.
  4. Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat selaku Kepala Markas Daerah Hansip/Hanra VIII Jawa Barat Nomor : kpts.11/A.19/VIII/1966 tentang Pengesahan berdirinya Resimen Mahasiswa Mahawarman beserta kesatuan-kesatuan dibawahnya tanggal 3 November 1966.
  5. Surat Keputusan Rektor Universitas Padjadjaran Nomor : 1494/jo6/kep/KM/2000 tentang keberadaan status Unit Kegiatan Mahasiswa Resimen Mahasiswa Batalyon II/Universitas Padjadjaran sebagai unit Kegiatan Mahasiswa
  6. Surat Izin Kegiatan/Rekomendasi Rektor Universitas Padjadjaran Nomor : 337/UN6.PR3/KM/2011 tentang izin kegiatan Kejuaraan Lomba Menembak antar Satuan Resimen Mahasiswa Se-Indonesia.
Maksud dan Tujuan
  1. Memperingati HUT MENWA MAHAWARMAN BATALYON II/UNPAD yang ke 47.
  2. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan peran aktif untuk ikut serta dalam melaksanakan bela Negara dan memupuk rasa nasionalisme.
  3. Meningkatkan kemampuan para anggota MENWA (wira) guna mendukung tugas pokok dan fungsi MENWA sebagai stabilisator dan dinamisator kampus.
  4. Merencanakan, mempersiapkan, dan menyusun potensi mahasiswa untuk memperkuat sikap, sifat, dan jiwa patriotisme dalam rangka membangun wawasan berpikir Mahasiswa dalam bidang kepemimpinan serta pembanguan.
Pendaftaran
  1. Pendaftaran dibuka mulai tanggal 11 Oktober 2011 sampai 05 November 2011
  2. Waktu pendaftaran dari jam 08.00 – 16.00 WIB (setiap hari kerja)
  3. Tempat pendaftaran : MAKO MENWA MAHAWARMAN BATALYON II / UNPAD Kompl. Student Center Kav. 35 Kampus UNPAD Jatinangor Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Dansatgas (085 220 65 3210 / 081 935 158 157) Kasiminpers (081 324 754 221 / 0857 20 111 597)
  4. Pendaftaran dapat dilakukan secara online melalui http://hutmenwaunpad.worpdpress.com/
  5. Pendaftaran Ulang dilaksanakan pada : Hari         : Selasa – Rabu Tanggal  : 08 – 09 November 2011 Waktu    : paling lambat tanggal 09 November 2011 Pkl 11.00 WIB Tempat  : Mako Menwa Mahawarman YON II/UNPAD
Kontribusi

Biaya administrasi tiap regu sebesar Rp 800.000,00 (Delapan Ratus Ribu Rupiah)

Ketentuan Perlombaan
  1. Kejuaraan ini terbagi kedalam 2 (dua) kategori yakni beregu dan perorangan.
  2. Senjata yang digunakan adalah SS 1.
  3. Menembak dengan 3 posisi : sikap tiarap, sikap jongkok dan sikap berdiri.
  4. Masing – masing posisi sebanyak 10 butir peluru.
  5. Hadiah beregu / perorangan : Juara I   : Piala + Uang Pembinaan, Juara II  : Piala + Uang Pembinaan, Juara III : Piala + Uang Pembinaan
Fasilitas
  1. Penginapan (Tenda Pleton)
  2. Konsumsi 4 kali
  3. Topi, Kaos dan Piagam / orang
  4. Cindramata / tim
  5. Brevet Mahir Menembak (Skomen MAHAWARMAN JAWA BARAT) *
  6. Surat Keterangan / Lisensi Hirbak (Brimob) *
 * Jika memenuhi persyaratan

Perlengkapan yang Harus Dibawa
  1. PDL  + Baret
  2. Perlengkapan Pribadi
  3. Obat-obatan Pribadi (bila perlu)
  4. Jaket/Sweater
  5. Sleaping bag
  6. Matras
Jadwal Kegiatan

HARI / TANGGAL W A K T U K E G I A T A N
RABU  9 NOV 2011 09.00 – 12.30 PENDAFTARAN ULANG PESERTA DI BUMI PERKEMAHAN CIKOLE, LEMBANG
12.30 – 13.00 TECHNICAL MEETING
13.00 – 15.00 PENGENALAN  SENJATA
15.00 – 15.30 I S T I R A H A T
15.30 – 17.30 TEORI  MENEMBAK
17.30 – 19.00 I S T I R A H A T
19.00 – 22.00 MAKAN   MALAM

SARESEHAN

PEMUTARAN  FILM  /  SLIDE
KAMIS 10 NOV  2011 04.30 – 07.00 S E R P A S
06.15 – 07.00 PERSIAPAN
07.00 – 16.00 KEJUARAAN  MENEMBAK
JUM’AT 11 NOV 2011 08.00 – 10.00 UPACARA HUT BATALYON II &

PENGUMUMAN PEMENANG LOMBA

Informasi Transportasi

Daftar ulang dapat dilakukan sebelum pukul 11.00 WIB pada hari Rabu, 9 November 2011 di Bumi Perkemahan Cikole, Lembang – Bandung.
Rute yang dapat diambil untuk menuju lokasi:
  1. Dari Stasiun Kereta Api Bandung (Stasion Hall), naik Angkot Jurusan Lembang (ongkos Rp 5.000).  disambung naik Angkot Jurusan Bumi Perkemahan Cikole ongkos (Rp 5.000).
  2. Dari Terminal  Kebun Kalapa, naik Bus Kota Jurusan Terminal Ledeng (ongkos  Rp. 1.500), terus naik Angkot Jurusan terminal Lembang  (ongkos  Rp  3.000), disambung naik Angkot Jurusan Bumi Perkemahan Cikole (ongkos  Rp 5.000).
  3. Dari terminal Cicaheum, naik angkot Cicaheum-Ledeng ke arah terminal Ledeng (ongkos Rp 5000), disambung dengan angkot jurusan terminal Lembang (ongkos Rp 3.000), disambung angkot jurusan Bumi Perkemahan Cikole (ongkos Rp 5.000).
  4. Dari terminal Leuwi Panjang, naik Bus Kota Damri jurusan terminal Ledeng (ongkos Rp 5.000), disambung dengan angkot jurusan terminal Lembang (ongkos Rp 3.000), disambung angkot jurusan Bumi Perkemahan Cikole (ongkos Rp 5.000)

Sumber : http://hutmenwaunpad.wordpress.com/

Kursus Kader Pelaksana Tingkat Nasional (Suskalaknas) TA 2011

Komando Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia kembali akan menyelenggarakan kegiatan Kursus Kader Pelaksana Tingkat Nasional  (Suskalaknas)T.A. 2011. Agenda kegiatan dua tahun sekali ini akan diadakan di Brigif Marinir Cilandak, Gunung Salak dan Pulau Pondok Dayung. Kegiatan ini rencananya akan dilaksanakan tanggal  16-29 November 2011. Peserta pada kegiatan Suskalaknas kali ini dibatasi hanya 100 peserta, dengan biaya Rp 800.000,-/peserta.
Suskalaknas 2009
Buat rekan-rekan resimen mahasiswa yang ingin mengikuti kegiatan ini, silakan mendaftar. Download proposalnya disini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi Dasril di 081363317281 atau 083181650011 dan Deby di 081574386106. Semoga Informasi ini bermanfaat. Bravo Menwa Indonesia.

Sumber : Konas

Suskabintalnas

Resimen mahasiswa adalah sebagai wadah yang merupakan sarana pengembangan diri mahasiswa kearah perluasan, wawasan dan peningkatan keikutsertaan dalam upaya bela Negara yang di susun, diorganisasikandan di bentuk secara kewilayahan pada setiap provinsi daerah tingkat I dan sebagai satuan Resimen Mahasiswa di Perguruan Tinggi.
Suskabintalnas
Peran aktif Resimen Mahasiswa sebagai wadah keikutsertaan Mahasiswa dalam usaha Bela Negara yang sekaligus merupakan salah satu komponen kekuatan pertahanan keamanan Negara yang memiliki mental yang kuat sebagai salah satu unsur rakyat terlatih perlu diberi bekal dan pelatihan sebagai anggota dalam suatu organisasi yang berdisiplin tinggi dan tertatur.

Di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pembinaan dan pemberdayaan generasi muda demi masa depan dan kemajuan bangsa dan Negara. Generasi muda, khususnya anggota Resimen Mahasiswa tidak hanya dituntut untuk menjadi kader yang ahli dalam bidang keterampilan dan kemampuan akademik saja melainkan juga harus mampu dalam pembinaan kader pembinaan mental dan karakter yang solid dan mumpuni pada setiap anggota Resimen Mahasiswa.

Bertitik tolak dalam hal tersebut untuk mencapai dan mewujudkan serta mempertahankan mental yang tangguh, tanggon dan trenggina, perlu adanya pembentukan kader-kader yang berdisiplin tinggi, bermoralitas, bertanggung jawab, serta beriman dan bertakwa pada masa-masa yang akan datang. Oleh karena itu untuk merealisasikan hal tersebut, maka Resimen Mahasiswa satuan 811 "Wira Cakti Yudha" UIN Maliki Malang bermaksud mengadakan kegiatan Kursus Kader Pembinaan Mental Nasional yang disingkat menjadi Suskabintalnas Resimen Mahasiswa se-Indonesia. Dan dalam hal ini, kali pertamanya kegiatan ini diselenggarakan oleh Satuan Resimen Mahasiswa 811 "Wira Cakti Yudha" UIN Maulana Malik Ibrahim Malang peiode 2011. Klik disini untuk mendownload Proposal.

Sumber : http://menwa811.blogspot.com/2011/09/suskabintal.html

Kamis, Oktober 13, 2011

Arti Lambang Menwa Mahakarta

Lambang Menwa Mahakarta-DI Yogyakarta

Makna Unsur Lambang :
  • Keris dengan lekuk tiga : Keris pusaka leluhur rakyat Yogyakarta/Mataram, tiga lekuk sebagai lambang Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat).
  • Toga segi lima dan bundar merah : Calon sarjana pancasila yang berjuang dengan penuh keberanian serta berjiwa patriotisme.
  • Bintang dan senjaqta : jangkauan cita-cita yang hendak dicapai oleh pemuda pejuang.
  • Enam helai bulu sayap dan tiga helai bulu ekor : Enam puluh tiga (63) --- 1963 --- 10 Januari 1963 kelahiran resimen Pembangunan Mahakarta/WALAWA, cikal bakal Menwa Mahakarta.
  • Prajna Vira Dharma Cevana : Memenuhi Kewajiban sebagai pejuang dan pemikir.

Buku Strategi Pertahanan Negara

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku “Strategi Pertahanan Negara” yang merupakan salah satu dari produk-produk strategis di bidang pertahanan telah dapat diselesaikan. Penyusunan buku ini didorong oleh adanya perkembangan geopolitik internasional yang berlangsung cepat dan kompleks, sebagai fenomena global yang mempengaruhi berbagai perubahan dalam aspek kehidupan. Dari sisi pertahanan dan keamanan, perkembangan tersebut berimplikasi terhadap situasi keamanan yang perlu penanganan lebih komprehensif. Bagi Indonesia, hal tersebut mendorong untuk menata kembali konsep pertahanannya menjadi responsive dan adaptable sebagaimana yang dikehendaki dalam reformasi di bidang pertahanan. Sehingga strategi pertahanan negara tersebut harus mampu menjawab tiga hal yang mendasar, yakni apa yang dipertahankan, dengan apa mempertahankannya, serta bagaimana mempertahankannya.

Selain itu, penyusunan buku ini dibuat dengan maksud sebagai pedoman dasar untuk menanamkan pemahaman dan kesadaran bagi setiap warga Negara, serta pedoman kerja bagi aparat pertahanan dan TNI mengenai strategi penyelenggaraan pertahanan Negara. Tujuannya adalah agar terselenggaranya substansi sasaran strategis yang mencakup sasaran di bidang penangkalan, sasaran dalam menghadapi ancaman agresi militer, sasaran dalam mengatasi ancaman militer yang bentuknya bukan agresi militer, sasaran di bidang penangkalan, sasaran untuk mengatasi ancaman nirmiliter, serta sasaran dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia.

Saya selaku pimpinan Departemen Pertahanan Republik Indonesia menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena, atas bimbingan dan petunjuk-Nya penyusunan buku ini dapat diterbitkan sesuai dengan rencana. Tidak lupa saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyiapan buku sebagai salah satu dari produk-produk strategis. Saya yakin, peran serta tersebut merupakan Dharma Bhakti bagi Bangsa dan Negara Indonesia yang kita banggakan dan cintai bersama.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa memberikan rahmat dan hidayah Nya kepada seluruh bangsa Indonesia.

Jakarta, 28 Desember 2007
Menteri Pertahanan
Juwono Sudarsono

Buku Doktrin Pertahanan Negara

Persatuan dan Kesatuan bangsa merupakan faktor penentu dalam menjaga dan mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang harus selalu dibangun, dipupuk dan digelorakan. Semangat pantang menyerah Bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah telah menanamkan rasa percaya diri dan keyakinan akan kekuatan sendiri untuk menyelenggarakan keberlangsungan NKRI. Indonesia dengan karakteristik geografi sebagai Negara kepulauan dan terletak dalam posisi silang dengan segala kandungan kekayaan sumber dayanya wajib dilindungi dan dipertahankan. Kondisi Indonesia tersebut di satu sisi mengandung kekuatan besar untuk dimanfaatkan dan didayagunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Tetapi di sisi lain juga mengisyaratkan suatu tantangan yang besar bagi pengelolaan dan pengamanannya yang berimplikasi terhadap pentingnya pembangunan dan pengelolaan sistem pertahanan negara.

Dengan kondisi tersebut, maka negara memerlukan pendekatan pertahanan yang komprehensif dalam menghadapi setiap ancaman dengan memadukan seluruh kekuatan bangsa, baik kekuatan militer maupun nirmiliter. Keterpaduan kekuatan militer dan nirmiliter merupakan pengejawantahan sistem pertahanan yang dianut Bangsa Indonesia, yakni sistem pertahanan yang bersifat semesta.

Upaya pertahanan negara merupakan tanggung jawab dan kehormatan setiap warga negara Indonesia yang diselenggarakan melalui fungsi pemerintah. Agar penyelenggaraan fungsi pertahanan negara terlaksana secara efektif sesuai dengan nilai – nilai ke-Indonesiaan sebagai negara demokrasi yang merdeka. untuk itu diperlukan suatu prinsip penuntun yakni Doktrin Pertahanan Negara.

Perkembangan yang terjadi dalam penyelenggaraan pertahanan negara menyebabkan Doktrin Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia yang ditetapkan pada tanggal 5 Oktober 1991 sudah tidak sesuai lagi untuk dijadikan doktrin dasar. Oleh karena itu perlu disusun suatu Doktrin Pertahanan Negara yang baru guna menyikapi perkembangan yang ada.

Doktrin Pertahanan Negara ditetapkan sebagai pengejawatahan tekad, prinsip dan kehendak untuk menyelenggarakan pertahanan negara. Doktrin Pertahanan Negara mewujudkan kerangka landasan yang harus dipahami dan dipedomani oleh semua pihak yang terkait sesuai tugas dan fungsi masing-masing. Dalam rangka itu, Doktrin Pertahanan Negara selanjutnya menjadi salah satu perangkat utama dalam mengembangkan kebijakan dan strategi, postur pertahanan negara.

Dengan telah terbitnya Doktrin Pertahanan Negara ini, segenap aparat penyelenggara pemerintahan RI khususnya penyelenggara pertahanan negara maupun seluruh rakyat Indonesia hendaknya dapat menghayati dan mempedomani isi Doktrin Pertahanan Negara sehingga tampak dalam pola pikir, pola sikap dan pola tindaknya dalam menjamin tegaknya NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Saya selaku pimpinan Departemen Pertahanan Republik Indonesia menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya Buku Doktrin Pertahanan Negara sesuai rencana. Tidak lupa saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperanserta dalam penyiapan Buku Doktrin Pertahanan Negara. Saya yakin, peran serta tersebut merupakan Dharma Bhakti bagi Bangsa dan Negara Indonesia yang kita cintai.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan hidayah Nya kepada seluruh Bangsa Indonesia.

Jakarta, 28 Desember 2007
Menteri Pertahanan
Juwono Sudarsono

Arti Lambang Menwa Indonesia

Lambang Resimen Mahasiswa
Makna Unsur Lambang :
  • Perisai Segilima : Menggambarkan keteguhan sikap.
  • Padi dan Kapas : Menggambarkan dasar bernegara dan pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.
  • Bintang , Sayap Burung , Jangkar dan Lambang Polri : Resimen Mahasiswa berada di bawah naungan ketiga unsur angkatan dan Polri.
  • Pena dan Senjata : Di dalam pengabdiannya, wira melakukan keselarasan antara ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan.
  • Buku Tulis : Tugas pokok setiap wira adalah mengembangkan ilmu pengetahuan, di samping melaksanakan tugas-tugas kemenwaan.
  • Semboyan “Widya Castrena Dharma Siddha” artinya  Penyempurnaan Pengabdian dengan ilmu pebgetahuan danilmu keprajuritan.

Ruang Lingkup Pembinaan Dan Pemberdayaan Menwa

  • Pembinaan dan Pemberdayaan Resimen Mahasiswa Indonesia dalam kegiatan sebagai komponenpertahanan Negara menjadi tanggung jawab Menteri Pertahanan Republik Indonesia.
  • Kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa dibidang pembentukan sikap, pendidikan kewarganegaraan, kebangsaan dan wawasan bela negara, kedisiplinan serta olah keprajuritan dilaksanakan melalui Organisasi Resimen Mahasiswa Indonesia dan menjadi tanggung jawab Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
  • Pembinaan dan Pemberdayaan Resimen Mahasiswa Indonesia dalam kegiatan melaksanakan fungsi perlindungan masyarakat menjadi tanggung jawab Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia.
  • Pembinaan dan Pemberdayaan Resimen Mahasiswa Indonesia dalam kegiatan sebagai organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan yang berwawasan bela negara menjadi tanggung jawab Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Fungsi Resimen Mahasiswa Indonesia

Resimen Mahasiswa Indonesia mempunyai fungsi:
  • Melaksanakan pembinaan anggota Resimen Mahasiswa Indonesia di Perguruan Tinggi untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang akademik.
  • Melaksanakan pemeliharaan dan pemberdayaan serta peningkatan kemampuan baik perorangan maupun satuan di bidang Bela Negara.
  • Melaksanakan pembinaan disiplin anggota Resimen Mahasiswa Indonesia, baik sebagai mahasiswa maupun warga masyarakat.
  • Melaksanakan pembinaan struktur organisasi Resimen Mahasiswa Indonesia sebagai satu kesatuan yang utuh.
  • Bersama dengan mahasiswa lainnya membantu terwujudnya kehidupan kampus yang kondusif.
  • Membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan dan program civitas akademika serta menumbuhkan dan meningkatkan sikap Bela Negara dikehidupan Perguruan Tinggi.
  • Membantu memotivasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan nasional dibidang kepemudaan dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba di kalangan generasi muda.
  • Membantu TNI/POLRI dalam pelaksanaan pembinaan pertahanan dan keamanan Nasional.
  • Menyampaikan saran dan pendapat kepada instansi terkait sesuai dengan tugas pokoknya.

Tugas pokok Resimen Mahasiswa Indonesia

Tugas pokok Resimen Mahasiswa Indonesia meliputi:
  • Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi serta membantu terlaksananya kegiatan dan program lainnya di Perguruan Tinggi.
  • Merencanakan, mempersiapkan dan menyusun seluruh potensi mahasiswa untuk memantapkan ketahanan nasional, dengan melaksanakan usaha dan atau kegiatan bela negara.
  • Membantu terwujudnya penyelenggaraan fungsi perlindungan masyarakat (LINMAS), khususnya Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP).
  • Membantu terlaksananya kesadaran bela negara dan wawasan kebangsaan dalam organisasi kepemudaan.

Tujuan Resimen Mahasiswa Indonesia

Tujuan Resimen Mahasiswa Indonesia adalah:
  • Mempersiapkan mahasiswa yang memiliki pengetahuan, sikap disiplin, fisik dan mental serta berwawasan kebangsaan agar mampu melaksanakan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi dan menanamkan dasar-dasar kepemimpinan dengan tetap mengacu pada tujuan pendidikan nasional.
  • Sebagai wadah penyaluran potensi mahasiswa dalam rangka mewujudkan hak dan kewajiban warga Negara dalam Bela Negara.
  • Mempersiapkan potensi mahasiswa sebagai bagian dari potensi rakyat dalam Sistem Pertahanan Rakyat Semesta (SISHANRATA).

Pengertian Resimen Mahasiswa Indonesia

Resimen Mahasiswa Indonesia adalah:
  • Sebagai wadah, yang merupakan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan keikutsertaan dalam upaya bela negara dan penguatan ketahanan nasional.
  • Sebagai perorangan, yang merupakan mahasiswa terlatih olah keprajuritan yang telah mengikuti latihan dasar Resimen Mahasiswa Indonesia dan menjadi bagian dari komponen pertahanan negara.
  • Sebagai organisasi, yang merupakan pusat aktifitas anggota Resimen Mahasiswa Indonesia yang terdiri dari tingkat Nasional, tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota serta di Perguruan tinggi.

Asas Dan Dasar Perjuangan Resimen Mahasiswa Indonesia

A s a s :
  • PANCASILA
  • Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
D a s a r :
  • Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia, Pasal 30 tentang Pertahanan dan Keamanan Negara.
  • Undang-Undang No 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
  • Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri (Menteri Pertahanan, Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah) Nomor : KB/ 14/M/X/2000, Nomor : 6/U/KB/2000 dan Nomor : 39A Tahun 2000, tentang Pembinaan dan Pemberdayaan Resimen Mahasiswa.

Sejarah Resimen Mahasiswa Indonesia Dan Komando Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia

Masa Perjuangan Pergerakan Nasional

Sejarah perjuangan pergerakan nasional dimulai sebagai babakan baru dengan lahirnya gerakan “BOEDI OETOMO” pada tanggal 20 Mei 1908 oleh para mahasiswa STOVIA Jakarta. BOEDI OETOMO merupakan wadah pergerakan kebangsaan yang kemudian menentukan perjuangan nasional selanjutnya. Dengan lahirnya gerakan ini, maka terdapat cara dan kesadaran baru dalam kerangka perjuangan bangsa menghadapi kolonial Belanda dengan membentuk organisasi berwawasan nasional. Organisasi ini merupakan salah satu upaya nyata untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan dan selanjutnya terbentuklah berbagai organisasi perjuangan yang lain, seperti Syarikat Dagang Islam, Indische Partij dan lain sebagainya.

Mahasiswa Indonesia di negeri Belanda pada tahun 1908 mendirikan Indische Verenigde (VI) yang berubah menjadi Perkoempoelan Indonesia (PI), kemudian pada tahun 1922 berubah lagi menjadi Perhimpoenan Indonesia (PI). Sejak itu hingga tahun 1924 PI tegas menuntut kemerdekaan Indonesia, hingga pada dekade ini, para pemuda mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri telah membuka lembaran baru bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia melalui forum luar negeri.

Perhimpoenan Indonesia (PI-1922), Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI-1926) dan Pemoeda Indonesia (1927) merupakan organisasi pemuda dan mahasiswa yang memiliki andil besar dalam merintis dan menyelenggarakan Kongres Pemoeda Indonesia tahun 1928, kemudian tercetuslah “Soempah Pemoeda”. Dengan demikian, semangat persatuan dan kesatuan semakin kuat menjadi tekad bagi setiap pemuda Indonesia dalam mencapai cita-cita Indonesia merdeka.

Masa Pendudukan Jepang

Tekanan pemerintah Jepang mengakibatkan aktifitas pemuda dan mahasiswa menjadi terbatas, bahkan menjadikan mereka berjuang di bawah tanah. Sekalipun demikian para pemuda mahasiswa mampu mengorganisir dirinya dengan mengadakan sidang pertemuan pada tanggal 3 Juni 1945 di Jl. Menteng 31 Jakarta, dengan menghasilkan keputusan bahwa pemuda mahasiswa bertekad dan berkeinginan kuat untuk merdeka dengan kesanggupan dan kekuatan sendiri. Keputusan tersebut kemudian dikenal dengan Ikrar Pemoeda 3 Joeni 1945.

Menjelang Jepang terpuruk kalah tanpa syarat dalam Perang Dunia II, untuk memperkuat posisinya di Indonesia, Jepang melatih rakyat dengan latihan kemiliteran. Tidak ketinggalan pemuda, pelajar dan mahasiswa. Pasukan pelajar dan mahasiswa yang dibentuk oleh Jepang disebut dengan “GAKUKOTAI”.

Masa Kemerdekaan

Meskipun kemerdekaan Indonesia telah diproklamirkan, keikutsertaan pemuda dan mahasiswa terus berlanjut dengan perjalanan sejarah TNI. Tanggal 23 Agustus 1945, PPKI membentuk BKR. Di lingkungan pemuda dan mahasiswa dibentuk BKR Pelajar. Setelah mengikuti kebijakan Pemerintah tanggal 5 Oktober 1945, maka diubah menjadi TKR, sedangkan di lingkungan pelajar dan mahasiswa diubah menjadi TKR Pelajar.

Pada tanggal 24 Januari 1946 TKR diubah lagi menjadi TRI. Untuk mengikuti kebijakan Pemerintah ini, pada kesekian kalinya, laskar dan barisan pemuda pelajar dan mahasiswa mengubah namanya. Nama-nama tersebut menjadi bermacam-macam antara lain: TRIP, TP, TGP, MOBPEL dan CM.

Pada tanggal 3 Juni 1946, Presiden RI telah mengambil keputusan baru untuk mengubah TRI menjadi TNI. Keputusan ini dimaksudkan agar dalam satu wilayah negara kesatuan, yaitu tentara nasional hanya mengenal satu komandan. Dengan demikian maka laskar dan barisan pejuang melebur menjadi satu dalam TNI. Sementara itu laskar pelajar dan mahasiswa disatukan dalam wadah yang kemudian dikenal sebagai “Brigade 17/TNI-Tentara Pelajar”.

Peleburan badan-badan perjuangan di kalangan pemuda pelajar dan mahasiswa ini merupakan manifestasi dari semangat nilai-nilai persatuan dan kesatuan, kemerdekaan serta cinta tanah air, dalam kadarnya yang lebih tinggi. Semangat berjuang, berkorban dan militansi untuk mencapai cita-cita luhur dan tinggi, merupakan motivasi pemuda pelajar dan mahasiswa yang tidak pernah padam hingga sekarang, yaitu dengan mengisi kemerdekaan melalui pembangunan nasional.

Masa Penegakan Kedaulatan Republik Indonesia

Dengan diakuinya kedaulatan Negara Kesatuan RI sebagai hasil keputusan Konferensi Meja Bundar 27 Desember 1949 di Den Haag, maka perang kemerdekaan yang telah mengorbankan jiwa raga dan penderitaan rakyat berakhir sudah. Karenanya Pemerintah memandang perluagar para pemuda pelajar dan mahasiswa yang telah ikut berjuang dalam perang kemerdekaan, dapat menentukan masa depannya, yaitu perlu diberi kesempatan untuk melanjutkan tugas pokoknya, “BELAJAR”. Sehingga pada tanggal 31 Januari 1952 Pemerintah melikuidasi dan melakukan demobilisasi Brigade 17/TNI-Tentara Pelajar. Para anggotanya diberi dua pilihan, terus mengabdi sebagai prajurit TNI atau melanjutkan studi.

Kondisi sosial ekonomi dan politik di dalam negeri sebagai akibat dari pengerahan tenaga rakyat dalam perang kemerdekaan, dianggap perlu diatur dan ditetapkan dengan Undang-Undang. Maka dikeluarkanlah UU Nomor 29 Tahun 1954 tentang Pertahanan Negara. Pada dekade 1950-an, ternyata perjalanan bangsa dan negara ini mengalami banyak ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Pemberontakan demi pemberontakan terjadi di tengah-tengah perjuangan untuk membangun dirinya. Pemberontakan itu antara lain DI/TII, pemberontakan Kartosuwiryo dan sebagainya. Pemberontakan meminta banyak korban dan penderitaan rakyat banyak. Rakyat tidak bisa hidup dengan tenang, karena situasi tidak aman dan penuh kecemasan.

Memperhatikan kondisi semacam itu, satu tradisi lahir kembali. Para mahasiswa terjun dalam perjuangan bersenjata untuk ikut serta mempertahankan membela NKRI bersama-sama ABRI. Sebagai realisasi pelaksanaan UU Nomor 29 Tahun 1954, diselenggarkan Wajib Latih di kalangan mahasiswa dengan pilot proyek di Bandung pada tanggal 13 Juni 1959, yang kemudian dikenal dengan WALA 59 (Wajib Latih tahun 1959). WALA 59 merupakan batalyon inti mahasiswa yang merupakan cikal bakal Resimen Mahasiswa sekarang ini. Kemudian disusul Batalyon 17 Mei di Kalimantan Selatan.

Bermula dari itulah, pada masa demokrasi terpimpin dengan politik konfrontasi dalam hubungan luar negeri, telah menggugah semangat patriotisme dan kebangsaan mahasiswa untuk mengabdi kepada nusa dan bangsa sebagai sukarelawan. Penyelenggaraan pendidikan dan latihan kemiliteran selanjutnya dilaksanakan untuk mempersiapkan mahasiswa sebagai potensi pertahanan dan keamanan negara melalui RINWA (Resimen Induk Mahasiswa), yang selanjutnya namanya berubah menjadi MENWA(Resimen Mahasiswa).

Masa Orde Lama

Persiapan perebutan Irian Barat ditandai dengan upaya-upaya memperkuat kekuatan nasional. Di lingkungan mahasiswa dikeluarkan Keputusan Menteri Keamanan Nasional Nomor: MI/B/00307/61 tentang Latihan Kemiliteran di perguruan tinggi sebagai “Pendahuluan Wajib Latih Mahasiswa”. Dengan dicanangkannya operasi pembebasan Irian Barat pada tanggal 19 Desember 1962, dikenal dengan TRIKORA, maka untuk menindaklanjutinya, Menteri PTIP mengeluarkan Instruksi Nomor 1 Tahun 1962 tentang Pembentukan Korps Sukarelawan di lingkungan Perguruan Tinggi. Berikutnya, kedua keputusan di atas disusul dengan Keputusan Bersama Wampa Hankam dan Menteri PTIP Nomor: M/A/20/1963 tanggal 24 Januari 1963 tentang Pelaksanaan Wajib Latih dan Pembentukan Resimen Mahasiswa di lingkungan Perguruan Tinggi. Pengembangannya dilakukan dalam satuan-satuan Resimen Induk Mahasiswa (RINWA), yang diatur dalam Keputusan Bersama Wampa Hankam dan Menteri PTIP Nomor: 14A/19-20-21/1963 tentang Resimen Induk Mahasiswa.

Tahun 1964 melalui Instruksi Menko Hankam/Kasab Nomor: AB/34046/1964 tanggal 21 April 1964 dilakukan pembentukan Menwa di tiap-tiap Kodam. Hal ini dipertegas dengan Keputusan Bersama Menko Hankam/Kasab dan Menteri PTIP Nomor: M/A/165/1965 dan Nomor: 2/PTIP/65 tentang Organisasi dan Prosedur Resimen Mahasiswa, Menwa ikut serta mendukung operasi Dwikora (Dwi Komando Rakyat) tanggal 14 Mei 1964. Sebagai bukti keikutsertaan ini dapat diketahui bahwa hingga tanggal 20 Mei 1971, sebanyak 802 (delapan ratus dua) orang anggota Menwa memperoleh anugerah “Satya Lencana Penegak” dan beberapa memperoleh anugerah “Satya Lencana Dwikora”.

Dalam perkembangan sejarah selanjutnya, di mana Menwa memiliki andil yang besar dalam membantu menegakkan NKRI, maka PKI (Partai Komunis Indonesia) merasakan ancaman, sehingga pada tanggal 28 September 1965, Ketua PKI D.N. Aidit menuntut kepada Presiden Soekarno supaya Resimen Mahasiswa yang telah dibentuk di seluruh Indonesia dibubarkan. Tetapi hal itu tidak berhasil.

Masa Orde Baru

Peran Resimen Mahasiswa terus berlanjut dalam bidang Pertahanan Keamanan Negara, sekalipun tantangan juga semakin besar. Pada masa awal Orde Baru, keterlibatan Menwa cukup besar dalam penumpasan sisa-sisa G 30 S/PKI, dilanjutkan dengan menjadi bagian dari Pasukan Kontingen Garuda ke Timur Tengah, operasi teritorial di Timor Timur dan sebagainya. Penyelenggaraan pendidikan dan latihan dasar kemiliteran untuk menciptakan kader dan generasi baru bagi Menwa juga terus dilaksanakan.

Di lain pihak, di lingkungan Perguruan Tinggi pada tahun 1968 dikeluarkan keputusan untuk wajib latih bagi mahasiswa (WALAWA) dan wajib militer bagi mahasiswa (WAMIL) berdasarkan Keputusan Menhankam Nomor: Kep/B/32/1968 tanggal 14 Februari 1968 tentang Pengesahan Naskah Rencana Realisasi Program Sistem Wajib Latih dan Wajib Militer bagi Mahasiswa.

Dilanjutkan operasionalisasinya dengan Keputusan Bersama Dirjen Dikti dan Kas Kodik Walawa Nomor 2 Tahun 1968 dan Nomor: Kep/002/SKW-PW/68. Program ini kemudian diganti dengan Pendidikan Kewiraan dan Pendidikan Perwira Cadangan (PACAD) pada tahun 1973 (Keputusan Bersama Menhankam/Pangab dan Menteri P & K Nomor: Kep/B/21/1973 dan Nomor: 0228/U/1973 tanggal 3 Desember 1973 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Kewiraan dan Pendidikan Perwira Cadangan di Perguruan Tinggi/Universitas/Akademi). Program WALAWA ini diikuti oleh seluruh mahasiswa dan berbeda dengan Menwa keberadaannya.

Pada tahun 1974 Program WALAWA dibubarkan, dan pada tahun 1975 sejalan dengan perkembangan dan kemajuan penyempurnaan organisasi Menwa terus diupayakan. Setelah dikeluarkan Keputusan Bersama Menhankam/Pangab, Mendikbud dan Mendagri Nomor: Kep/39/XI/1975, Nomor: 0246 a/U/1975 dan Nomor: 247 Tahun 1975 tanggal 11 November 1975 tentang Pembinaan Organisasi Resimen Mahasiswa Dalam Rangka Mengikutsertakan Rakyat Dalam Pembelaan Negara, disebutkan bahwa Resimen Mahasiswa dibentuk menurut pembagian wilayah Propinsi Daerah Tingkat I sehingga berjumlah 27 Resimen Mahasiswa di Indonesia. Sedangkan keanggotaan Menwa adalah mahasiswa yang telah lulus pendidikan Menwa (latihan dasar kemiliteran) dan Alumni Walawa.

Sebagai pelaksanaan ketentuan tersebut di atas, dikeluarkan Keputusan Bersama Menhankam/Pangab, Mendikbud dan Mendagri Nomor: Kep/02/I/1978, Nomor: 05/a/U/1978 dan Nomor: 17A Tahun 1978 tanggal 19 Januari 1978 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Organisasi Resimen Mahasiswa, hingga kemudian dalam perkembangannya dilakukan lagi penyempurnaan peraturan pada tahun 1994.

Pada tanggal 28 Desember 1994 Organisasi Menwa mengalami penyempurnaan melalui Keputusan Bersama Menhankam, Mendikbud dan Mendagri Nomor: Kep/11/XII/1994, Nomor:

0342/U/1994 dan Nomor: 149 Tahun 1994 tanggal 28 Desember 1994 tentang Pembinaan dan Penggunaan Resimen Mahasiswa Dalam Bela Negara. Sebagai pelaksanaan ketentuan tersebut dikeluarkan serangkaian keputusan pada Direktur Jenderal terkait dari ketiga Departemen Pembina, yang terdiri atas Keputusan Dirjen Persmanvet Dephankam RI Nomor: Kep/03/III/1996 tanggal 14 Maret 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Resimen Mahasiswa, Nomor: Kep/04/III/1996 tanggal 14 Maret 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pakaian Seragam, Tunggul dan Dhuaja Menwa dan Pemakaiannya dan Nomor: Kep/05/III/1996 tanggal 14 Maret 1996 tentang Peraturan Disiplin Resimen Mahasiswa. Serta Keputusan Dirjen Dikti Depdikbud RI Nomor: 522/Dikti/1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Satuan Resimen Mahasiswa di Lingkungan Perguruan Tinggi.

Masa Reformasi

Pada masa reformasi yang salah satu agendanya adalah penghapusan Dwi Fungsi TNI, berimbas pada keberadaan Resimen Mahasiswa Indonesia, karena Menwa dianggap merupakan perpanjangan tangan TNI di lingkungan perguruan tinggi. Kemudian muncul tuntutan pembubaran Menwa di berbagai perguruan tinggi pada awal tahun 2000, namun Menwa tetap eksis hingga sekarang.

Menyikapi tuntutan tersebut, para Pimpinan Menwa di berbagai daerah baik Komandan Satuan maupun Kepala Staf Resimen Mahasiswa mengadakan berbagai koordinasi tingkat regional dan nasional, antara lain dilaksanakan di Bandung, Yogyakarta, Bali dan Jakarta. Para Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan yang dikoordinasikan oleh Dirmawa Ditjen Dikti Depdiknas juga membentuk tim untuk membahas masalah Menwa dan mengadakan pertemuan di Yogyakarta, Jakarta dan terakhir di Makassar pada awal sampai pertengahan tahun 2000.

Pada akhir September 2000 diadakan Rapat Koordinasi antara tim PR III Bidang Kemahasiswaan dengan seluruh Kepala Staf Resimen Mahasiswa se-Indonesia di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur yang menghasilkan rancangan Keputusan Bersama 3 Menteri (Menhan, Mendiknas dan Mendagri) yang baru. Pada tanggal 11 Oktober 2000 diterbitkan Keputusan Bersama Menhan, Mendiknas dan Mendagri & OtdaNomor: KB/14/M/X/2000, Nomor: 6/U/KB/2000 dan Nomor: 39 A Tahun 2000 tanggal 11 Oktober 2000 tentang Pembinaan dan Pemberdayaan Resimen Mahasiswa.

Sebagai penjabaran ketentuan dari KB 3 Menteri tersebut, dikeluarkan serangkaian surat dari Dirjen terkait dari 3 Departemen Pembina, yakni: Surat Mendagri & Otda RI Nomor: 188.42/2764/SJ tanggal 23 Nopember 2000 tentang Keputusan Bersama Menteri Pertahanan, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Surat Edaran Dirjen Dikti Depdiknas RI Nomor: 212/D/T/2001 tanggal 19 Januari 2001 tentang Tindakan Keputusan Bersama Tiga Menteri, Surat Telegram Dirjen Sundaman Dephan RI Nomor: ST/02/I/2001 tanggal 23 Januari 2001 tentang Kedudukan Resimen Mahasiswa, Surat Telegram Dirjen Sundaman Dephan RI Nomor: ST/03/2001 tanggal 9 Februari 2001, Surat Telegram Dirjen Pothan Dephan RI Nomor: ST/06/2001 tanggal 18 Juli 2001 dan Surat Dirjen Kesbangpol Depdagri RI Nomor: 340/294.D.III tanggal 28 Januari 2002.

Para Kepala Staf Resimen Mahasiswa se-Indonesia terus mengadakan berbagai pertemuan yang akhirnya bersepakat perlu adanya organisasi Menwa di tingkat Nasional sehingga terbentuk Badan Koordinasi Nasional Corps Resimen Mahasiswa Indonesia (BAKORNAS CRMI), yang disahkan keberadaannya pada Rapat Komando Nasional yang pada waktu itu karena ingin menyesuaikan dengan tuntutan reformasi maka diberi nama menjadi Kongres Resimen Mahasiswa Indonesia tahun 2002 di Medan.

Walaupun arah pembinaan dan pemberdayaan Menwa menjadi kurang optimal dengan belum terbitnya Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) dari KB 3 Menteri tersebut di atas, pengabdian Menwa terus berlanjut. Salah satunya adalah sebagai pelopor pembentukan posko relawan kemanusiaan yang dikoordinasikan oleh Dephan RI untuk bencana Tsunami Aceh pada akhir Desember 2004 sampai dengan pertengahan 2005. Demikian juga ketika terdapat bencana gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006, Menwa dari berbagai daerah juga mengirimkan relawannya.

Dalam perkembangan terakhir, BAKORNAS CRMI dirasa kurang efektif karena berbagai kendala teknis. Dan dalam Rakomnas (Rapat Komando Nasional) Resimen Mahasiswa Indonesia di Jakarta pada tanggal 24-26 Juli 2006 yang dihadiri oleh pimpinan Komando Resimen Mahasiswa Indonesia tingkat propinsi dan pimpinan Komandan Satuan Perguruan Tinggi dari seluruh Indonesia, BAKORNAS CRMI di bubarkan dan dibentuk badan tingkat nasional baru yakni Komando Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia atau disingkat KONAS MENWA INDONESIA, sebagai lembaga kepemimpinan struktural Menwa di tingkat nasional.

Lembaga baru ini kian eksis hingga saat ini setelah mampu mendorong kembali pelaksanaan latsarmil, dan pendidikan lanjutan bagi anggota Menwa, serta menghidupkan kembali satuan-satuan Menwa yang vakum serta membangun Staf Komando Resimen (SKOMEN) Menwa di provinsi-provinsi baru. KONAS MENWA INDONESIA juga melakukan terobosan baru dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan tingkat nasional serta memperkuat aspek legalitas MENWA Indonesia, antara lain dengan mengeluarkan berbagai Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) seperti Juklak pembinaan dan Perberdayaan Resimen Mahasiswa Indonesia, Juklak Pendidikan dan Latihan Resimen Mahasiswa Indonesia, Juklak Peraturan Disiplin Resimen Mahasiswa Indonesia, sambil memproses revisi SKB 3 Menteri menjadi SKB 4 Menteri, termasuk melaksanakan berbagai kegiatan sebagai mana dituangkan dalam buku profil ini. Hingga saat ini KONAS MENWA INDONESIA merupakan struktur organisasi tertinggi Resimen Mahasiswa Indonesia dalam hal koordinasi serta komando organisasi Menwa di tingkat nasional.

Sumber : Konas Menwa